Teladan Lebih Bermakna Ketimbang Bicara Berbusa-busa
Semalam, si
Bungsu (8 tahun) meminta puasa besok (Rabu). Saya bilang tidak ada
puasa sunnah hari Rabu, yang ada hari Senin atau Kamis. Namun si Bungsu
tetap kekeuh mau puasa Rabu.
"Kalau Kamis
aku banyak pelajaran Bunda, aku capek kalau puasa, sedangkan kalau Rabu pelajaran cuma sedikit" ucapnya menjelaskan.
“Ok, baiklah”
jawabku.
“Mau dimasakin
sahur apa nak?" tanyaku. Dia tidak langsung menjawab, tapi terlihat sedang
berfikir.
“Telor
ceplok aja mau?” tanyaku.
“Iya dech boleh" jawabnya.
“Tapi aku
disuapin ya Bun?” lanjutnya sambil memelas.
“Soalnya aku
pasti ngantuk kalau bangun sahur”
sambungnya lagi.
Aku mengangguk
mengiyakan. Mukanya berseri senang.
“Makasih
Bunda” katanya sambil mengambil hp. Lalu dia menyetel alarm di hp ku.
“Kita bangun
jam berapa Bun?”
“Jam 4 aja, setengah jam sebelum shubuh
cukup buat sahur” jelasku.
Setelah menyetel
alarm di hp, dia beranjak ke kamarnya untuk tidur.
Benar
saja, saat alarm berbunyi, si
Bungsu langsung bangun dengan mudahnya, dan mematikan alarm. Dan aku menyiapkan
makanan untuk sahurnya. Dan jadilah sahur hari itu disuapkan Bunda, walaupun
ternyata makannya tidak habis karena keburu
masuk waktu shubuh.
Ah, masyaallah, aku terharu akan kemauannya berpuasa sunnah hari
ini. Sebetulnya
dia tidak meminta berpuasa kali ini saja namun sudah beberapa kali sebelumnya.
Namun aku tidak izinkan mengingat aktifitas dia di sekolah normal, berbeda saat
Puasa Ramadhan dimana pelajaran pun dibuat sesingkat mungkin sehingga siswa
bisa pulang cepat.
Kemauan si Bungsu ini sepertinya karena beberapa
kali dia menyaksikan aku berbuka puasa saat Maghrib tiba. Bahkan menemani aku
berbuka puasa. Saat itu kesempatan bagiku untuk menjelaskan tentang meng-qadha puasa Ramadhan dan menyinggung
sedikit tentang haid. Mengingatkan dia kembali bahwa tidak seenak yang dia
bayangkan saat “menangkap basah” Bundanya tidak berpuasa pada Bulan Ramadhan
karena sedang haid.
“Enak banget
Bunda ga puasa” ucapnya sedikit sewot saat bulan Ramadhan tahun-tahun
sebelumnya, mendapati aku lagi makan di siang bolong (makannya sudah ngumpet ketauan juga😊) Bulan Ramadhan.
Saat siang
di kantor, aku diberi tahu Abinya kalau ternyata si Bungsu sudah berbuka siang itu. Tidak apa-apalah menurutku. Puasa
sendiri itu berat memang, apalagi hari pertama.
Saat
menjemputnya sepulang dari mengaji di waktu menjelang maghrib, si
Bungsu cerita tentang puasanya hari itu.
“Teman-temanku
pada godain aku Bun, liat-liatin minum sama makanan depan
aku, aku kan lagi puasa” ceritanya.
“Lho kok
mereka bisa tau kamu puasa nak, kamu cerita sama mereka?” tanyaku.
“Aku engga cerita”
jawabnya.
“Nah, trus
kok mereka bisa tau?” lanjutku.
“Kayaknya
mereka tau karena aku ga bawa botol minum bun” jelasnya lagi.
****
Nak, kamu telah mengajarkan dan menyadarkan Bunda bahwa ternyata
teladan orangtua itu bener-bener berdampak langsung dan hebat ketimbang
bicara berbusa-busa.
Semoga aku mampu terus memperbaiki diri menjadi
orangtua yang baik.
Bunda
bahagia kamu bisa menjalankan puasa sunnah nak, walaupun cuma setengah hari.
Semoga kelak
engkau mengingat momen ini dan membuatmu termotivasi dan istiqomah dalam menjalankan puasa baik
yang wajib maupun sunnah.
Semoga kelak
kamu menjadi wanita sholehah ya nak. Sentiasa menjadi perempuan yang taat
pada Allah dan menjaga harga dirimu, sebagaimana do’a yang kami sematkan pada
namamu.
Jakarta, 25 Januari 2018
Comments
Post a Comment