My Little Sweet Homegarden
Halaman rumah kami tidak terlalu
besar sehingga perlu ditata dengan apik agar tetap dapat memberikan nilai "tambah" bagi
rumah kami yang mungil. Kami berharap kesejukan, keindahan dan keasrian dapat
kami dapatkan dari halaman rumah kami. Upaya ini menjadi lebih mudah karena
Abinya anak-anak juga menyenangi tanaman. Aku yang menanam, dia yang menyiram, cukup kompak ya??
Dengan berkebun, pendidikan tentang “menghijaukan bumi” juga dapat ditanamkan
pada anak-anak sejak dini. Misalnya kami sering melibatkan mereka saat menanam, menyiram tanaman, membersihkan halaman, menyabutin rumput-rumput liar atau mengajak serta anak-anak setiap
ada keperluan membeli sarana bercocok tanam seperti pot, pupuk, media tanam atau
tanaman. Mudah-mudahan upaya ini menambah kecintaan mereka untuk menghijaukan
bumi.
![]() |
Juli tahun lalu, halaman kami baru tertanam rumput gajah mini, pandan-pandanan dan teh-tehan di sekeliling halaman. Sementara tanaman yang lain belum dipindahkan |
Satu bulan kemudian, di halaman sudah
mulai hadir berbagai tanaman lain dalam pot.
Empat bulan kemudian, Desember 2012, Teh-tehannya
sudah mulai tinggi dan menutupi halaman. Anak-anak jadi tidak bebas keluar
masuk lagi. Sebelumnya, area ini seringkali dilompati sehingga Teh-tehannya tidak tumbuh
subur.
Halaman kami pagari dengan
tanaman Teh-tehan di sekelilingnya. Bibit Teh-tehan ini kami beli dengan harga Rp 2.000/polybag (dalam keadaan sudah tertanam). Total biaya yang
dikeluarkan untuk sekeliling halaman jadi Rp 200.000. Murah meriahkan jika
dibanding menggunakan pagar besi.
Jadi hemat deh.. he...he.. Teh-tehan ini
diharapkan dapat mengurangi debu dan polusi lainnya yang bisa masuk ke dalam
rumah. Tanaman Soka tadinya juga menjadi alternatif untuk tanaman pagar
kayaknya lebih cantik dengan ada kembang merah/oranyenya. Tapi khawatir perawatannya
sulit. Akhirnya Teh-tehan jadi pilihan karena sudah terkenal dengan
“kebandelannya”
Di teras depan pintu masuk rumah,
aku tempatkan tanaman Bambu Jepang berharap dengan adanya tanaman tersebut
mengurangi debu yang masuk juga sekalian mengurangi pandangan dari luar yang
masuk.
Sementara, di depan kamar
anak-anak ditanami Pandan-pandanan (nama sebenarnya apa sih?), untuk
mengurangi percikan air yang jatuh dari atap ke dinding, jadi ga terlalu
kelihatan kotor. Depan Pandan-pandanan kutanam Ginseng. Cuma sampai sekarang
cabang dan daunnya belum rimbun juga.
Depan kamar anak-anak
Depan kamar anak-anak
Sepanjang teras kuletakkan pot
dengan berbagai tanaman. Mungkin akan lebih indah kalau potnya seragam ya??
Tapi akan mengeluarkan biaya lagi, jadi begini saja lah dulu. Sepanjang pinggir
teras bagian luar aku tanam rumput agak besar (apa ya namanya??), biar
kelihatan batas dan sedikit memberikan kesan yang berbeda.

Teras depan rumah, bagian luar ruang tamu
Di kompleks perumahan kami,
developer memberikan satu pohon secara gratis untuk setiap dua rumah. Awalnya
kami mendapat pohon nangka, tapi tetangga sebelah minta diganti dengan Mangga.
Jadilah pohon Mangga berada di depan rumah.
Pohon Mangga diapit dua bak sampah yang tertutup
Pohon Mangga diapit dua bak sampah yang tertutup
Selain dapat pohon mangga, aku
ingin ada pohon lain yang nantinya bisa menjadi peneduh dan sekaligus hasilnya
bisa dinikmati keluarga. Awalnya mau nanam pohon Jambu biji karena buahnya enak
dan bergizi kalau dijus slurrrpp...slurrp enak banget. Tapi Abi ingat kalau
pohon sawo sangat baik untuk kesehatan mata. Di pasaran sawo agak susah didapat
ketimbang jambu biji. Aku kan minus, mudah-mudahan dengan rajin mengkonsumsi
sawo, minusnya dapat berkurang. Kalau sawo sudah ada depan rumah, tentu jadi
lebih rajin lagi mengkonsumsinya... J. Informasi manfaat sawo bagi kesehatan mata ini
diperoleh Abi dari tetangga kami di rumah yang dulu kami tempati. Tetangga
tersebut sudah tua dan tidak berkacamata. Beliau ternyata seorang dokter.
Akhirnya jadilah kami mencari bibit sawo dan kami mendapatkannya di Trubus,
Lembah Hijau Mekarsari, Kec. Cimanggis Depok yang tidak jauh dari rumah dengan
harga Rp. 100.000,- discount menjadi Rp. 80.000,-.
Sawonya saat dibeli sudah berputik.. Itu
kelihatan buahnya...
Tapi sampai sekarang buahnya ga
besar-besar, kenapa yah??
Adenium (Kamboja Jepang) yang
selama ini dirawat Abi di kantornya, dibawa pulang, untuk menambah indah
halaman dengan bentuknya yang unik. Cuma potnya belum diganti dengan yang lebih
pendek sehingga bonggol akarnya yang cantik jadi terlihat. Abi dapat biji
adenium tersebut dari temannya dan disemai di polybag yang diletakkan di lantai
paling atas kantornya. Adenium ini jadi lebih sehat saat mendapat limpahan
cahaya matahari yang pollll ketika ditaroh di lantai atas gedung. Karena
terlalu banyak kalau ditaroh di rumah semuanya (dengan luas halaman yang tidak
seberapa) akhirnya adenium tersebut dikasihin ke kakak-kakak. Tadinya adenium
dijejerin di pinggir carport. Tapi sering kena bola anak2 atau kesenggol
sepeda/motor. Kasihan. Akhirnya dia dinaikkan ke atas dinding pembatas dengan
tetangga. Selamat deh tanamanku.
Bunga Adenium yang tadinya di bawah,
dipindahkan ke atas
Bunga mawar yang aku beli dua
pohon, tidak terlalu berkembang baik. Sepertinya agak susah merawat tanaman
yang satu ini. Satu tanaman mati, yang satu lagi hidup, tapi tidak terlalu sehat.
Akhirnya pot bekas mawar yang mati ditanam Aglonema, yang dikasih tetangga saat
akan pindahan dulu. Selain aglonema, Mamanya Zaki (begitu beliau dikenal) juga
memberikan Anthurium, dolar, dan 2 tanaman lain sejenis aglonema (aku ga tahu
namanya).
Bunga Mawar yang tumbuh tak subur dan Aglonema
Saat
berkunjung ke Lembang, November 2012 lalu, aku menginap di sebuah hotel yang berlokasi di
Jl. Tangkuban Perahu. Di sana dijual tanaman2 sejenis kaktus, aloevera, sanseivera
dan yang lainnya. Ihhhhh cantik banget, aku jatuh cinta. Tapi harganya sesuai
dengan rupanya yang menggemaskan alias mahal, aku hanya bisa bawa pulang 3 jenis
tanaman. Dan saat ke Maribaya, ketemu lagi tanaman sejenis aloevera (nama
pastinya aku jg belum tau) yang dijual di depan pekarangan orang, dan harganya
sangat miring dibanding di hotel tadi. Tadinya kepikiran tanaman-tanaman ini
bisa hidup ga ya di Depok? Karena dulu saat masih kuliah, beli tanaman di
Tangkuban Perahu (tempat wisata) dan dibawa pulang ke kost an di Bogor, ga
bertahan hidup lama untuk kemudian mati hikk..hikk...sedihnya. Tapi Alhamdulillah
tanaman tersebut sampai sekarang bertahan dan bahkan ternyata ada bunganya. Dan
anakannya banyak juga... ada yang berminat?? Ambil ke rumah yah?? He..he..
Di Lembang.
Tanaman dari Lembang itu ada yang
kuletakkan di atas meja ruang tamu. Namun... beberapa kali jatuh, batu dan
tanahnya berserakan di atas meja; kesenggol anak-anak saat bermain di dalam
rumah. Maklumlah masih pada balita. Akhirnya kupindahkan tanaman tersebut ke rak di
atas wastafel di kamar mandi, trus ditambahkan tanaman merambat satu pot.
Tanaman di kamar mandi ini sekali-kali kujemur ke luar, dan seringkali Muthia si Bungsuku (2,10 th) ikut membantu
mengangkat pot kecil itu ke luar.
Nice idea!! Menyelamatkan tanaman sambil menyegarkan udara di kamar mandi :)
Nah, tanaman bagian luar ini yang
belum tertata dengan rapi. Ada saran tidak?? Rencananya saluran air tersebut
akan ditutup, terus di atasnya kami taroh rak besi tempat pot-pot. Tapi
ternyata rencana ini butuh dana yang tidak sedikit. Jadi mungkin ditunda dulu
kali yah.
![]() |
Pot-pot di bagian luar halamanku masih belum terlihat rapi. Ada saran? Oh ya, that's my lovely Mom, who love planting so much |
Sekarang lagi punya proyek menanam bumbu dapur. Sudah ada kunyit, temu
kunci, jahe dan pandan. Tapi pandan tidak tumbuh dengan sehat. Belum
sempat dibongkar sih.
Semoga dapat memberikan sedikit inspirasi bagi yang membacanya.
Yuuuk kita hijaukan bumi agar terus lestari...
Depok, Februari 2013
Bunda Muthia
Thanks to Mba Irene (Nat's Living.blogspot) yang sudah "maksa" untuk menulis
dan mensupport aku untuk membuat blog
Comments
Post a Comment