Tradisi Cium Tangan
Di keluarga saya, kedua orang tua tidak membiasakan anak-anaknya untuk mencium tangan orang tua. Bahkan kami bersalaman dengan orang tua hanya di waktu-waktu tertentu saja. Misalnya baru pulang ke rumah setelah lama di suatu daerah atau tempat. Atau saat Hari Raya. Boleh dibilang kami sangat jarang bersalaman dengan orang tua. Tapi walau demikian tradisi di keluarga kami, tidak sedikit pun mengurangi rasa hormat dan takzim kami kepada kedua orang tua.
Demikian juga yang terjadi di keluarga besar saya. Saya bersama saudara dan sepupu, tidak pernah mencium tangan nenek kakek, juga saudara ayah dan ibu, kecuali dalam kondisi sudah lama tidak bertemu atau pada saat hari-hari besar. Ketika kami bertemu dengan nenek kakek atau saudara ayah dan ibu, kami hanya bersalaman tangan tanpa perlu mencium tangan mereka. Tapi, lagi-lagi itu tidak mengurangi rasa hormat dan penghargaan kami pada yang lebih tua.
Di sekolah pun, sejak saya bersekolah di TK sampai SMA di Kota Bukittinggi di tahun 1980-1990 an, saya tidak biasa dan sekolah pun tidak membiasakan para siswa mencium tangan guru-guru. Itu pun tidak mengurangi rasa hormat kami para siswa kepada guru-guru yang telah mengajarkan kami banyak ilmu.
Di sekolah pun, sejak saya bersekolah di TK sampai SMA di Kota Bukittinggi di tahun 1980-1990 an, saya tidak biasa dan sekolah pun tidak membiasakan para siswa mencium tangan guru-guru. Itu pun tidak mengurangi rasa hormat kami para siswa kepada guru-guru yang telah mengajarkan kami banyak ilmu.
*******
Saat saya kemudian hijrah ke tanah Pasundan selepas SMA, saya berinteraksi dengan banyak teman dari beragam budaya dan latar belakang yang berbeda-beda. Saya yang lahir dan dibesarkan di Kota Bukittinggi, dengan budaya Minangkabau berteman dengan orang-orang dari seluruh penjuru Indonesia. Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di kota lain sampai saya menamatkan sekolah di SMAN. Banyak cerita dan pengalaman yang diperoleh dari interaksi pertemanan tersebut.
Suatu kali saya diajak teman satu kost untuk ikut bersamanya pulang ke kampungnya saat libur beberapa hari. Saat bertemu kedua orang tuanya saya mencium tangan mereka, karena saya hanya meniru apa yang dilakukan teman saya kepada kedua orang tuanya. Ditambah lagi kedua tangan orang tuanya, seperti reflek menggerakkan tangannya ke arah wajah saya. Itulah kali pertama saya mencium tangan orang yang lebih tua dari saya.
Tentang cium tangan kepada yang lebih tua ini pernah menjadi topik obrolan saya bersama teman kost. Teman-teman saya menganggap mencium tangan orang yang lebih tua adalah bentuk penghormatan kepada mereka, jadi jika hal tersebut tidak dilakukan itu berarti kita tidak memiliki penghormatan kepada yang lebih tua. Saya yang tidak memiliki tradisi itu di keluarga tentu saja tidak setuju dengan pendapat tersebut. Hanya saja saya mulai memahami bahwa mencium tangan bagi sebuah keluarga atau masyarakat tertentu, adalah sesuatu yang dianggap penting dan bahkan menjadi sebuah keharusan.
*********
Bagaimana pandangan Islam terkait mencium tangan ini? Berikut saya ambil penjelasan dari Ustadz Farid Nu'man. Menurut beliau, mencium tangan orang tua, paman, guru, ulama atau pemimpin, untuk menghormati, memuliakan, karena kebaikan dan keshalihannya adalah boleh, tidak apa-apa. Hal ini berdasarkan pendapat Imam Al Bahuti Rahimahullah: "Dibolehkan mencium tangan dan kepala karena faktor agama, pemuliaan, penghormatan, jika aman dari syahwat. Secara zhahir menunjukkan tidak boleh jika alasannya duniawi, dan itu diartikan larangan'' (Kasysyaaf Al Qinaa', 2/157).
Ustadz Farid Nu'man menjelaskan lebih lanjut, dalam Al Mausu'ah disebutkan: ''Boleh mencium tangan seorang ulama yang wara', pemimpin yang adil, kedua orang tua, ustadz dan setiap orang yang pantas dihormati dan dimuliakan, sebagaimana boleh juga mencium kepala, jidat dan diantara dua mata. Tetapi semua itu jika disebabkan oleh kebaikan, kemuliaan, kasih sayang saat bertemu dan berpisah, dan faktor agama, dan selama aman dari syahwat.
Ustadz Farid menutup penjelasannya dengan mengutip perkataan Imam Ibnu Baththal: "Imam Malik mengingkari cium tangan, dan mengingkari riwayat tentang hal itu".
''Al Abhariy mengatakan pengingkaran Imam Malik itu jika disebabkan kesombongan sedangkan jika maksudnya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah karena bagus agama, ilmu atau kemuliaannya, maka hal itu tidak apa-apa (Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, 13/131). Wallaahu A'lam.
Namun perlu diperhatikan saat bersalaman yaitu apakah yang disalami masuk dalam kategori muhrim apa bukan (ini pembahasannya akan panjang lagi).
*******
Setelah saya menikah, suami tidak pernah meminta saya untuk mencium tangannya. Dan kali pertama saya mencium tangannya adalah usai akad nikah. Dan saya tahu bahwa di keluarganya tradisi mencium tangan orang yang lebih tua adalah sesuatu yang telah lama dibiasakan. Oleh karenanya, sebagai orang yang dilahirkan di alam Minangkabau yang memegang nasehat orang tua-tua jaman dahulu: "Dima bumi dipijak di situ langik dijunjuang" (dimana kita berada, ikutilah segala aturan dan norma yang berlaku), saya berupaya mengikuti tradisi keluarga suami dimana seseorang dianjurkan mencium tangan orang yang lebih tua. Sejak saat itu saya terbiasa mencium tangan suami dan kedua orang tuanya. Dan suami juga mencium tangan kedua orang tua saya. Dan sejak itulah saya ikut mencium tangan kedua orang tua saya. Awalnya serasa aneh dan kaku, karena tidak terbiasa dari kecil, namun dalam hati saya niatkan karena saya menghormati dan menyayangi mereka.
Sampai hari ini di saat kami memiliki tiga orang buah hati, bahkan si sulung sudah remaja, saya tetap melakukan kebiasaan mencium tangan suami dan orang tua. Saat saya berangkat kerja setiap pagi saya selalu pamit dan mencium tangan suami. Saat mencium tangan suami, menjabat tangannya dengan penuh, saya
merasakan sesuatu yang membuat perasaan saya nyaman. Saya tidak bisa
mendeskripsikan apa yang saya rasa setiap melakukan ''ritual'' pagi ini, hehehe
lebay ya. Pastinya perasaan saya nyaman, damai, and full of love 💓 😍😍. Mungkin tulisan 10 Keutamaan Istri Mencium Tangan Suami ini dapat mewakili perasaan saya saat mencium tangan suami. Saya berharap mendapatkan kebaikan dari rutinitas pagi ini 😊
Menurut Ustadz Abul Aswad Al Bayati dalam Bimbingan Islam, Beliau menjelaskan bahwa dalam Fatwa Islam No 28906: "Tidak mengapa seorang wanita mencium tangan suaminya, dan itu termasuk pergaulan yang baik. Dan ia diberikan pahala atasnya baik faktor yang mendorong untuk melakukannya karena keta'atan maupun karena syahwat, dan hanya Allah saja yang Maha Mengetahui''
Sejak menikah tradisi mencium tangan bagi yang muda kepada yang lebih tua sudah menjadi kebiasaan saya sekeluarga. Saya sudah terbiasa mencium tangan kedua orang tua dan mertua. Saya membiasakan anak-anak untuk mencium tangan orang yang lebih tua (sepanjang masih dalam kategori muhrim bagi mereka), sebagai bentuk penghormatan mereka kepada yang lebih tua.
Wallaahu 'Alam
Referensi:
Comments
Post a Comment