Resensi Novel "Purnama untuk Palestine" (Gadis Gaza Menatap Cinta dan Kematian)

Aktifitas Saat Bencana Covid 19

Buku ini sudah lama berada di lemari buku, saya lupa persisnya sejak kapan. Kalau tidak salah, buku ini saya beli di sebuah pameran yang saya pun lupa pameran apa, mungkin saking lamanya. Saat itu karena ada beberapa buku yang dibeli, buku ini jadi antrian yang ke sekian untuk dibaca. Awalnya saya membaca bagian belakang cover buku ini, dan seketika saya merasa isinya berat, makanya saya menunda membaca buku ini dan kemudian lupa sampai berbilang tahun. Dan akhirnya karena harus karantina di rumah akibat bencana Covid 19, buku ini jadi teman saya selama beberapa hari.

Himbauan untuk di rumah aja, menjadikan saya punya waktu lebih banyak untuk membaca buku. Mulailah saya melihat dan mengecek kembali lemari buku di rumah, untuk menemukan buku-buku yang belum tuntas dibaca. Walau pun sebenarnya waktu pribadi di rumah pun tidak dapat dikatakan banyak banget, karena mesti work from home, mendampingi anak-anak belajar di rumah, dan menyiapkan makanan sehat bergizi untuk keluarga di rumah selama masa karantina ini. Semua harus tetap sehat, aman dan nyaman.

Novel ini ditulis oleh Vanny Chrisma W, diterbitkan untuk pertama kali Mei 2012 oleh Penerbit Diva Press Jogjakarta. Novel dengan tebal 286 halaman ini merupakan lanjutan dari novel pertama yang berjudul Gadis Kecil di Tepi Gaza.
Judul novel ini langsung menggiring pikiran pembaca ke negeri Palestina dengan segala kondisinya yang menyedihkan. Dan Palestine yang menjadi sebuah kata dalam judul novel merupakan nama tokoh utama dalam cerita buku ini. Seorang gadis kecil yang beranjak remaja, namun sebagaimana kebanyakan anak-anak Palestina, gadis kecil ini adalah seorang anak pemberani dan tidak takut mati.


Palestine sudah mati untuk yang kedua kalinya, bahkan saat itu tubuhnya yang tertutup kain kafan sudah berada di pinggir liang lahatnya. Namun keajaiban atas ijin Allah terjadi. Keajaiban tersebut digambarkan dengan cukup alami menurut saya, karena memang begitu banyak cerita keajaiban di negeri yang diberkahi ini.

Novel ini berkisah sekitar terjadinya penyerangan Israel atas Kapal Mavi Marmara yang membawa para relawan dari berbagai negara dan bantuan pangan untuk rakyat Palestina. Novel ini memberikan gambaran karakter tentara Israel yang sangat kejam dan tidak berperikemanusiaan. Namun di lain kisah, penulis menceritakan tentang adanya mantan tentara Israel yang berhati baik dan bahkan digambarkan sebagai orang yang melindungi gadis kecil dari Gaza. Apakah ini benaran terjadi di dunia nyata? Wallaahualam, saya tidak tahu.

Novel ini tidak hanya bercerita tentang perjuangan rakyat Palestina, namun juga kisah cinta antara anak manusia. Bagian ini selalu ada di setiap cerita, karena tanpanya seolah-olah sebuah novel menjadi hampa. Benar tidak ya?☺

Alur yang digunakan penulis maju mundur, dengan kisah yang memiliki setingan tempat dan waktu yang berbeda. Hal ini menjadikan kisah dinamis dan tidak monoton. Pembaca pun harus fokus saat membaca bab demi bab, agar tidak kehilangan benang merah kisahnya. Alur inilah yang membuat rasa penasaran semakin menjadi untuk mengetahui kisah berikutnya, dan membuat saya enggan untuk beralih ke aktifitas yang lain.

Bagi yang menyukai kisah-kisah heroik perjuangan di tanah Palestina, buku ini menarik untuk dibaca. 

*********

Kisah kehidupan di Palestina yang serba terbatas, diembargo oleh musuhnya, menyebabkan kehidupan mereka tidaklah mudah. Dan itu sudah berlangsung sejak lama, sudah bertahun-tahun. Apakah cukup sama dengan yang masyarakat dunia rasakan saat ini? Kehidupan menjadi tidak mudah akibat makhluk kecil Virus Corona. Dan ini dirasakan oleh dunia sekitar 2- 4 bulan.

Di Palestina, orang dengan mudah meninggal dengan cara yang tidak diduga. Demikian pun sekarang di dunia. Tak satu pun benua yang steril dan kebal akan makhluk kecil ini. Sudah 168 negara yang terkena wabah virus berbahaya ini.


Hari ke-28 #dirumahaja
Bencana Covid 19 melanda dunia


Comments