Ramadhan Tahun Ke-2 di Masa Pandemi Covid 19

Ternyata saya belum pernah mulai menulis selama tahun 2021. Tau-tau sekarang sudah bulan April saja. Time flies really so fast. 😐

*******

Sebentar lagi  atau sekitar sepekan, Ramadhan 1442 H insyaallah akan datang. Semoga Allah masih beri kesempatan kita semua untuk memasukinya, diberi kita nikmat sehat agar dapat menjalani hari-hari Ramadhan dengan penuh kebaikan dan ibadah yang optimal. Aamiin ya Rabb.




Tahun lalu, kami sekeluarga dan pastinya sebagian besar keluarga di seluruh dunia bahkan, menjalani Ramadhan di rumah. Tak ada masjid yang dibuka. Tidak ada aktifitas tarawih dan ceramah di masjid-masjid. Dan begitu pun si Bungsu yang saat itu duduk di kelas 4 SD, tidak bisa lagi mengikuti Pesantren Ramadhan (Sanram) yang setiap Ramadhan selalu dengan senang dan bahagia dia ikuti. Sedih sekali rasanya mengingat Ramadhan tahun lalu. Tapi insyaallah semua pasti ada hikmah. Semua anggota keluarga paling tidak dapat berkumpul lebih intens di rumah. Tidak ada buka bersama di luar rumah. Sholat berjamaah di rumah bersama anggota keluarga. 

*******

Tiga hari lalu salah satu remaja musholla dekat rumah datang dan menyerahkan kertas formulir pendaftaran untuk Sanram anak-anak. Si Bungsu menyambutnya dengan bahagia sekali. Malamnya si Bungsu lapor ke kami, agar diizinkan untuk mengikuti Sanram. Dia berjanji akan jaga protokol kesehatan, bawa handsanitizer dan menjaga jarak dengan teman-teman. Kami tidak langsung meresponnya, dan menjanjikan akan diskusi dulu. 

Keesokan harinya, si Bungsu sudah sibuk menyiapkan tas dan baju untuk Sanram. Menyiapkan botol minum, buku dan alat tulis. Masyaallah. Saya sampai terharu menyaksikan kesibukannya. Setelah ngepasin bajunya, dia menemui saya dan bilang kalau roknya sudah kependekan dan minta lipatan roknya bisa dibuka. Ya ampun ternyata sudah setahun lebih baju tidak dipakai, tau-tau sudah pada ngatung. Tinggi badannya bertambah selama pandemi. 

Setelah diskusi dengan Abi, akhirnya kami memutuskan untuk tidak mengizinkan si Bungsu mengikuti Sanram. Saat memberitahunya, dia sangat sedih sekali, air mata keluar dan meleleh di pipinya, dan dia langsung pergi ke kamarnya. Duhhh, saya sangat mengerti perasaannya. Pasti rindu sekali belajar bersama teman-teman di musholla, dengan bimbingan para ustadzah muda yang ramah dan baik.

Malam itu si Bungsu ngambek. Langsung rebahan di kamar. Ga mau diajak makan bareng. Ya Allah. Kondisi ini berat bahkan sangat berat bagi semua orang di dunia ini. Ya Allah, kapan semua ini akan berakhir?

********   

Keesokan harinya, saya ada keperluan ke rumah seorang teman yang kebetulan adalah keluarga penyintas Covid. Si Bungsu minta ikut. Selesai dia sekolah online, kami pergi ke rumah teman tersebut. Sudah lama kami tidak bertemu. Di kesempatan tersebut teman saya bercerita tentang kisah keluarganya yang semua positif Covid akhir tahun 2020. Masa-masa yang sungguh menakutkan. Di akhir obrolan kami, saya menyempatkan diri menceritakan tentang si Bungsu yang sangat ingin mengikuti Sanram. Saya meminta pendapat teman dan memberi penguatan akan alasan kami, agar si Bungsu dapat mendengar langsung dari penyintas yang tentunya pasti akan lebih kuat. Dan sarannya, agar si Bungsu mengikuti Sanram online saja. 

Alhamdulillah, dalam perjalanan pulang kami dari rumah teman tersebut, si Bungsu bilang, "Bunda, kalau gitu, selama Ramadhan kita tiap sore jalan-jalan, muter-muter ya, biar aku ga bosen di rumah terus.'' Masyaallah sepertinya dia sudah mulai bisa terima alasan kami yang tidak mengijinkan dia untuk mengikuti Sanram. "Insyaallah ya Dek, sepanjang Bunda bisa, kita jalan-jalan tiap sore selama Ramadhan," jawabku sambil melihat wajahnya yang tidak cemberut lagi dari spion motor.

********

Ya Allah, sembuhkanlah saudara-saudara kami yang sedang sakit ya Allah. Cukupkan rezeki bagi saudara-saudara kami yang kekurangan. Ijinkan kami semua memasuki Ramadhan Mu. Bulan penuh berkah dan ampunan. Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.

H -5 Ramadhan 1442H/ 8 April 2021M


   

Comments