Perjalanan Haji (Part 2) Pemeriksaan Kesehatan

Istitha'ah

Sejak tahun 2024 pemeriksaan kesehatan calon jama'ah haji untuk mendapatkan surat Istitha'ah kesehatan dilakukan sebelum pelunasan biaya haji ke bank. Istitha'ah itu berisi keterangan dimana calon jama'ah haji berada dalam kondisi fisik yang sehat dan memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh serta menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji, termasuk thawaf, sa'i dan wukuf.  


Pilihan Puskesmas tempat Pemeriksaan Kesehatan

Untuk pemeriksaan kesehatan ini saya punya cerita sendiri tentang pilihan puskesmasnya. Saat mendaftar haji, domisili dan KTP saya  di Matraman. Dan sampai sekarang KTP saya masih di sana, namun saya sudah pindah dan berdomisili di Duren Sawit, begitu juga dengan BPJS, berada di Duren Sawit. Karena pemeriksaan untuk keperluan haji mesti dilakukan beberapa kali, saya prefer ke Puskesmas Jatinegara karena lokasinya dekat dengan kantor. Saat saya hubungi Puskesmas Matraman karena alamat saya di data haji berada di Matraman, petugasnya menyampaikan kalau sebaiknya saya memeriksakan kesehatan sesuai lokasi BPJS, in case ada masalah kesehatan bisa langsung ditangani.

Tapi semua diserahkan kembali ke jamaah, intinya jamaah bebas milih, asal masih di DKI Jakarta, supaya mereka gampang koordinasinya. Saya mencoba mendatangi Puskesmas Jatinegara untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Saya bertemu dengan petugas lain yang bukan petugas kesehatan haji. Dia mencatat nomor telpon saya, dengan catatan bahwa KTP saya berlokasi di Matraman, namun sekarang berdomisili di daerah Duren Sawit, dan saya berkantor di daerah Jatinegara. Dan ternyata kasus saya ini mereka bahas di rapat. Hasilnya adalah saya dapat memeriksakan kesehatan untuk persyaratan haji di Jatinegara. Dan mereka menyampaikan jika harus ada pemeriksaan lanjutan saya masih mendapat layanan gratis sebanyak tiga kali, setelahnya saya akan dikembalikan ke Puskesmas sesuai BPJS. 

Bismillah, semoga saya baik-baik saja sehingga tidak perlu pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan lanjutan yang dimaksud, misalnya tensi, kolesterol, Hb A1C tinggi sehingga harus diturunkan dulu baru surat istitha'ah bisa dikeluarkan. Hb A1c ini adalah tes hemoglobin terglikasi untuk mengukur kadar rata-rata gula darah (glukosa) dalam tubuh selama 2-3 bulan terakhir. Saat saya datang untuk periksa, petugas hajinya mengenali saya, "Ooh ini ibu yang KTP Matraman, domisili Duren Sawit, kantor Jatinegara ya?" katanya. "Iya mbak" ucap saya. 😉 


Pemeriksaan Kesehatan

Di puskesmas kecamatan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan standar saja seperti, berat dan tinggi badan, tensi, asam urat, kesehatan mental (menggunakan kuesioner), tes ingatan (mungkin untuk deteksi demensia). Setelahnya harus medical check up (MCU) di rumah sakit. Ada banyak pilihan rumah sakit yang semuanya harus memiliki akun Sistem Informasi Kesehatan Haji atau dikenal sebagai Siskohatkes, karena hasil pemeriksaan jama'ah diinput langsung oleh pihak rumah sakit langsung di aplikasi tersebut. Saya pilih RS yang lokasinya mudah saya akses, dimana saya kalau kemana-mana dianter tapi pulang tak dijemput 😃. Selain itu saya pilih RS dengan biaya yang tergolong murah. "Haji itu banyak pengeluaran bu, RS yang ini saja," demikian saran petugas puskesmas kepada saya. Di RS dilakukan tes darah, urin, rontgen, EKG untuk periksa fungsi jantung. Saat itu saya sempat kepikiran ingin vaksin influenza, tapi ternyata biayanya lumayan. Sementara itu, vaksin meningitis dapat dilakukan di puskesmas, free karena sudah termasuk include Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BIPIH). Tahun ini layanan di puskesmas termasuk vaksin polio. Saat menjalani vaksin polio, saya pikir bakal ditetesin di mulut, ternyata itu untuk bayi, kalau Mak-nya bayi ya disuntik 😁.

Setelah MCU di rumah sakit, hasilnya harus dijelaskan oleh dokter langsung ke jama'ah. Jadi petugas puskesmas wanti-wanti jangan mau dijelaskan oleh admin RS harus dengan dokter langsung. Waktu itu saya datang ke adminnya jam 12.00 an lebih, karena lama di bagian rontgen menunggu hasil, dimana petugasnya tidak di tempat, lagi mengurus hal lain. Dokter yang sudah ke luar ruang praktek dan turun dipanggil balik, dan alhamdulillah Dokternya bisa sehingga saya gak harus bolak-balik ke RS.


Tes Kebugaran

Selesai MCU di RS, saya membawa hasilnya ke puskesmas. Saya menunggu pengumuman tes kebugaran. Tes ini berupa jalan kaki sejauh 1,6 km. Saya menjalani dua kali tes. Tes pertama dilakukan secara mandiri, dimana kita pasang aplikasi di hp lalu kirim hasilnya ke petugas puskesmas. Tes kedua dilakukan bersama-sama. Hasil tes saya, yang pertama dan kedua berada pada level cukup, gak pernah sampai baik😑. Berarti saya tidak cukup cepat dalam berjalan kaki. Saya pernah bertanya kepada petugas apa yang harus saya lakukan agar level saya bisa naik, apakah saya harus berlari? Petugas menyampaikan bahwa thawaf dan kegiatan haji lainnya dilakukan berjalan bukan lari. Jadi hasil tes di level cukup pun sudah oke. Saya kemudian disarankan untuk melakukan latihan rutin berjalan dan senam. Kalau yang level kurang hanya disarankan jalan. 


Latihan Jalan Kaki

Untuk latihan jalan kaki, petugas puskesmas menyarankan untuk dilakukan minimal tiga kali seminggu, selama 30 menit. Durasi jalan perlu diperpanjang agar kerja jantung semakin meningkat. Saya mengambil cuti 10 hari sebelum berangkat haji dan melakukan latihan jalan kaki selama 1 jam setiap hari. Saat sudah di Tanah Suci, dan ke jamarat, saya merasa latihan yang telah saya lakukan masih kurang deh. Saya masih merasa capek banget saat ke jamarat. 

Setelah menjalani semua pemeriksaan ini, baru dech surat istitha'ah kesehatan dikeluarkan puskesmas. Surat ini kemudian yang dibawa untuk pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Jadi kalau gak istitha'ah gak bisa melunasi, dan nanti ikut pelunasan di tahap 2 atau tahun depan jika pengobatannya butuh waktu. Kalau kondisinya tidak mungkin istitha'ah, tidak bisa berangkat. Nomor porsi akan dialihkan ke ahli waris. Saat pemeriksaan kesehatan di asrama haji saya ketemu kasus yang seperti ini. Kami antri sebelahan, dia nanya beberapa hal yang menurut saya sudah dijelaskan bolak-balik saat manasik. Ternyata dia memang gak ikut manasik karena berangkatnya menggantikan ayahnya yang tidak bisa istitha'ah. 

Many thanks to petugas haji kecamatan yang sangat membantu dan informatif.

Tungguin cerita lanjutannya ya, 
masih tentang perjalanan haji


Comments

Popular Posts