Pesona Bengkulu yang Kaya akan Pantai

Untuk pertama kalinya saya mengunjungi Provinsi Bengkulu yang terkenal dengan bunga Rafflesianya. Jarak Jakarta Bengkulu hanya ditempuh lebih kurang satu jam perjalanan dengan pesawat. Sampai di Bandara Fatmawati cuaca cerah. Bandaranya cukup luas, bersih dan rapi. Bandara ini berada di Kota Bengkulu. 






Dari Bandara Fatmawati kami naik mobil travel yang sudah dipesan sebelumnya menuju Kabupaten Kepahiang. Dalam perjalanan menuju Kepahiang kami mampir dulu makan di daerah Pagar Dewa. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan. Kami melewati Pantai Panjang yang terkenal di Bengkulu. Pantai ini disebut Panjang karena garis pantainya yang cukup panjang, yaitu sekitar 7 km. Selain itu, jarak antara garis pasang dan garis surutnya juga panjang, jika dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya, yaitu sekitar 500 m. Hal ini dikarenakan pantai ini tidak memiliki karang. Jadi, ketika terjadi air pasang, jangkauan airnya dapat naik jauh. Kondisi pantainya yang landai, airnya yang bersih, serta hamparan pasir putihnya yang luas, merupakan daya tarik tersendiri dari obyek wisata Pantai Panjang. Dengan kondisi pantai seperti itu, pengunjung dapat menikmati semilir angin pantai yang masih bersih dan sejuk karena pantai ini jauh dari area perindustrian. Selain itu, banyaknya pohon cemara yang tumbuh di sekitar pantai ini juga merupakan keunikan tersendiri yang mungkin tidak dimiliki oleh pantai-pantai lainnya. Sebab, secara umum, pohon yang biasanya tumbuh di daerah pantai adalah pohon kelapa, dan ini tidak dijumpai di Pantai Panjang. 






Setelah melalui Pantai Panjang, perjalanan diteruskan sampai Danau Dendam. Namanya lucu banget... Danau ini sangat tenang. Di pinggir danau tersedia banyak tempat duduk dan pedagang minuman. Ada juga pedagang batu akik, yang menggelar dagangannya di tepi jalan di sepanjang pinggir danau. 




Perjalanan dilanjutkan menuju Kepahiang. Jalanannya melewati hutan lindung dengan kondisi jalan yang berkelok-kelok. Makanya daerah sesudahnya disebut Kepahiang, karena setelah melalui jalan yang berkelok-kelok tersebut kebanyakan orang jadi mabuk kepayang. Yang kemudian dikenal dengan  Kepahiang. Begitu menurut cerita penduduk setempat. Di hutan yang aku lewati ternyata terdapat bunga Rafflesia yang seminggu lalu bunganya mekar. Bunga Rafflesia arnoldi yang merupakan salah satu bunga langka, ukuran bunganya dapat mencapai diameter 100 cm dengan berat 10 kg. Saya belum beruntung menyaksikan bunga ini mekar. Saya berangkat ke Bengkulu seminggu setelah tiga kuntum padma raksasa ini mekar di wilayah hutan lindung Bukit Daun Register 5, Kabupaten Kepahiang. Bunga ini mekar Senin 20 April 2015. Sementara, kuntum bunga lainnya kembali mekar pada Sabtu 25 April 2015 pagi di lokasi yang sama. Begitu informasi yang saya peroleh dari penduduk setempat. Bunga yang baru mekar itu hanya bisa dinikmati hingga lima hari ke depan, setelah itu membusuk. 
Di Kepahiang saya menginap di hotel kecil di dekat Pasar Kepahiang. Lokasi hotel ini memudahkan saya untuk mencari makanan atau berbelanja kebutuhan karena lokasinya yang dekat dengan pasar. 
Besoknya saya menuju kebun teh di Kecamatan Kabawetan. Kebun teh di sana tidak kalah cantik dengan yang ada di puncak Jawa Barat. Lokasi kebun teh berada sekitar 7 kilometer dari ibu kota Kabupaten Kepahiang, atau 70 km dari pusat Provinsi Bengkulu. Berada pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut, udara di perkebunan teh ini bersih. Hamparan daun-daun teh nan hijau dan rapi memenuhi ruang pandangan mata.
 






Kepahiang yang merupakan daerah dataran tinggi juga merupakan daerah sentra sayuran. Banyak sayuran dataran tinggi dihasilkan daerah ini, seperti wortel, kol, daun bawang, dan sayuran lainnya seperti buncis, cabai dan lain-lainnya.





Setelah muter-muter keliling Kepahiang saya balik ke Kota Bengkulu. 

Banyak yang ingin dituliskan. Tapi waktunya terbatas. Mungkin ini dulu yang dapat disajikan pada kesempatan kali. Semoga bermanfaat bagi yang baca tulisan sederhana ini. (Bunda Muthia)

Comments