Tentang Novel "Single in Love" Karangan Sinta Yudisia

Saat dibuka PO untuk novel Sinta Yudisia ini, saya langsung daftar. Saat daftar ikutan PO novel ini, saya tidak tahu sama sekali isi novel ini, bahkan temanya pun saya tidak tahu. Yang saya tahu cuma penulisnya saja, dan saya sudah jatuh hati dengan tema-tema tulisan Mba Sinta ini, gaya menulisnya, alurnya, semua saya suka. Point yang saya suka adalah, selalu ada hikmah yang sangat menginspirasi bagi kehidupan pembaca (bagi saya maksudnya), menambah wawasan, dan yang pasti saat mengisahkan tentang cinta anak manusia pun semua tersampaikan secara elegan dan tidak vulgar (hal ini telah saya tulis dalam tulisan lain di blog ini tentang buku karangan Mba Sinta yang lain). Sehingga saat saya menyimpan buku-buku karangan Mba Sinta di rak buku di rumah, saya tidak perlu khawatir anak-anak remaja saya akan ikut membaca buku-buku tersebut.

Setelah lama menunggu, akhirnya di Bulan Ramadhan 2019, saya mendapat kiriman buku tersebut. Saya ikut PO di akhir Bulan Februari 2019 dan bukunya baru sampai tanggal 20 Mei 2019. Saya sabar menunggu, hehehe. Karena bukunya sampai Bulan Ramadhan, saya belum buka kemasan buku tersebut. Saya baru akan membaca buku tersebut selesai Ramadhan. Oh ya buku tersebut harga normalnya Rp 95.000, tapi karena saya ikutan PO, saya hanya dikenakan harga Rp 82.000.


Saat buku tersebut sudah sampai rumah, dengan sampul plastik yang masih utuh, suami sempat membaca bagian belakang buku tersebut. Setelah itu suami berkomentar, kalau dia tidak suka istrinya membaca buku tersebut. Suami sepertinya mengambil kesimpulan yang belum utuh, bahwa menjadi single itu pilihan, daripada hidup dikekang suami, menjadikan karir istri terhambat dan seterusnya dan seterusnya. Saya langsung kaget mendengar komentar suami. 

"Ya, Bunda engga akan semudah itu kali bi, menyimpulkan novel ini nantinya. Bunda sudah baca beberapa novel penulis ini, dan tulisannya sangat bermutu, ga akan dia menulis tanpa menyisipkan hikmah di dalamnya. Kalau kesimpulan tulisan ini seperti yang abi duga, Bunda akan berhenti membeli dan membaca buku-buku tulisan beliau" lanjutku menegaskan sikap pada abi.

Seperti dugaanku, abi salah mengambil kesimpulan, hanya dengan membaca tulisan di belakang buku ini. Alhamdulillah, tulisan Mba Sinta masih seperti yang aku harapkan, penuh hikmah.

Novel ini, isinya semua nasehat. Tulisan ini menasehati tentang hidup berkeluarga, tentang hidup bersama pasangan, bagaimana bersikap sebagai pribadi dan sebagai pasangan hidup, bagaimana bersikap dengan saudara dan keluarga besar, juga pada anak-anak. Ternyata sikap atau perilaku yang kita anggap kecil, jika dilakukan secara terus menerus dapat melukai pasangan hidup kita, dan akan menggerus sedikit demi sedikit cinta dan sayang mereka terhadap kita. Wah...bahaya kan?? Apa yang menurut anggapan kita baik, bagus untuk semua anggota keluarga, belum tentu baik dan bagus menurut pasangan hidup kita. Karena kebiasaan kita yang terlalu dominan, kita lupa tidak memberi ruang bagi anggota keluarga yang lain untuk memberikan pendapat, bahkan hanya untuk masalah kecil (menurut kita). Nasehat tersebut disampaikan secara tidak langsung melalui tokoh-tokoh di dalam kisahnya, bahkan saya sendiri tidak merasa sedang dinasehati. 

Tokoh yang menurut saya patut ditiru dalam kisah ini adalah Venna dan Orion. Dalam kisah ini Venna, mudah untuk menerima masukan dari orang lain, namun dia tidak gegabah untuk menelan mentah-mentah apa yang disampaikan oleh orang lain. Seperti saat temannya Titi dan kakaknya mengatakan bahwa kita tidak perlu berlelah-lelah membantu orang lain yang tidak butuh bantuan kita, yang mengakibatkan dapat menghabiskan energi kita untuk menjalani hidup sehari-hari. "Bahkan kita tidak perlu membantu orang yang mau bunuh diri sekalipun?" tanya Venna ekstrim. Dan dia mendapatkan jawaban ''ya'' dari kakaknya. Dan hal ini tidak dapat diterima oleh Venna. Dia berpendapat kalau setiap manusia perlu saling berbagi dan menolong, bahkan di saat (tampaknya) orang lain tidak membutuhkan bantuan kita. 

Venna bahkan juga dapat menerima masukan dari Orion adiknya, tanpa mengecilkan usia dan pengalaman hidupnya. Orion memberi masukan kepada Venna tentang sikap dan perilaku Venna kepada suaminya, padahal Orion sendiri belum menikah dan usianya juga di bawah Venna. Tapi Venna adalah pribadi terbuka. Dia dapat menerima kebenaran tersebut dari mana saja datangnya. Orion mampu demikian karena pengalaman hidupnya mendapati orang tua yang bercerai dan setelahnya dia mendampingi dan menjaga Mama seorang diri.

Orion, yang walaupun anak bungsu dan belum menikah, namun dapat bertindak sebagai pelindung bagi kedua kakak perempuan kandungnya. Bahkan mampu menjadi solusi bagi keluarga besarnya. Dia mampu berperan sebagai laki-laki di keluarga besarnya, setelah ditinggal Papanya yang menikah lagi. 

Banyak hikmah dalam dialog tokoh yang bisa kita ambil, yang tidak dapat saya sampaikan di ruang yang terbatas ini. Intinya, sebagai orang yang sudah menikah, kita harus belajar lebih banyak, bagaimana bersikap, bertingkah laku, mampu menempatkan diri sebagai istri atau pun suami. Dialog dan sharing harus terus dijaga dengan pasangan hidup, sesibuk apa pun kita. Jauhkan sikap mendominasi dan mendikte. Lebih banyak mendengar dan bijaksana dalam memutuskan. Ahhh banyak sekali hikmah yang mau kutulis secara detil di sini. Tapi intinya sudah saya sampaikan di tulisan di atas. Pastinya penasaran kan ingin membacanya? Segera temukan dan baca bukunya ya. 😍😍

Jakarta, 10 Syawal 1440 H/14 Juni 2019




     


Comments