Sekolah: Menumbuhkan Jiwa Preneurship Sedari Kecil

Zaman saya kecil dulu, aktifitas berjualan itu sesuatu yang tidak berani aku lakukan, karena satu alasan, malu! hadeuuh. Saya terlahir dari orangtua yang dua-duanya pegawai. Walaupun sebenarnya aktifitas berjualan itu sudah diperkenalkan ibu saya. Masih saya ingat, saat di kelas 3 SD (kalau tidak salah), saya membawa kue buatan ibu saya untuk dititip dijual di kantin sekolah. Saat itu, rasanya belum percaya diri untuk melakukan itu. Namun masih dikerjakan karena toh hanya membawakan saja, tidak langsung menjual sendiri kuenya ke teman-teman. 

Kakak saya, waktu kelas SMP, ada yang pernah berjualan kaos kaki dan mainan saat Bulan Ramadhan di pasar. Waktu dulu bulan puasa semua sekolah libur. Jadi untuk mengisi kekosongan kegiatan dan menambah uang saku, kakak saya berjualan. Dan orang tua saya tidak melarang kakak untuk melakukan hal tersebut. 

Pengalaman yang saya ingat saat saya sudah bekerja yaitu, menawarkan jualan berupa jilbab ke teman-teman. Tapi itu ga PD melakukannya. Yang akhirnya, barang-barang jualan saya itu, saya titip di toko, yang mengambil keuntungan lebih banyak lagi, sehingga harga jualan saya jadi bertambah mahal.  

Berbeda eranya sekarang. Banyak sekolah hari ini, yang memasukkan kegiatan berjualan ke dalam kurikulum pembelajaran. Ketiga anakku, sejak sekolah di TK sudah diperkenalkan dengan kegiatan berjualan melalui kurikulum sekolah. Produk jualan, ada yang dibuat oleh para guru dan komite sekolah, ada yang berupa hasil karya murid bersama orang tua di rumah, ada juga hasil karya murid di kelas. Para pembeli adalah orang tua murid yang bisa datang ke sekolah, guru-guru dan pegawai sekolah serta murid kelas lain.


Salah satu kegiatan Enterpreneur di TK. Tampak Uda bersama guru dan teman-teman

Hal ini berlanjut saat anak-anak bersekolah di Sekolah Dasar. Di SD, kegiatan berjualannya sudah lebih baik lagi, sesuai dengan kemampuan berfikir anak yang semakin baik. Anak-anak belajar banyak tentang berbagai hal terkait jual beli: tentang proses jual beli, tentang produk yang dijual, tentang uang, tawar menawar, menghitung keuntungan dan seterusnya. Si Bungsu yang sekarang sudah duduk di kelas 2 SD, melakukan kegiatan berjualan di kelasnya antar teman, walaupun kegiatan pembelajaran berjualan dari guru sedang tidak ada. Beberapa waktu yang lalu, dia membongkar lemari, mencari mainannya yang tidak pernah lagi dia gunakan. Dia menjual mainannya yang masih bagus sebagai "mainan bekas" ke teman-teman sekolahnya. Sampai Uda nya menitip mainan bekasnya kepada si Bungsu adeknya, untuk dijualkan. 

Dua pekan ini dia "mempekerjakan" mbak di rumah untuk membuatkan bunga dari kertas origami, dan kemudian dia jual ke teman-temannya di sekolah. Suatu sore si Bungsu lapor ke saya, hasil penjualan bunganya yang berjumlah Rp. 9.000. Saat aku tanya harga bunga yang dijualnya berapa, dia menjelaskan, "Ada yang seribu, ada yang dua ribu Bunda, tergantung besar atau kecil". Aku mengiyakan dalam hati, tanda setuju dengan harga jualnya. Tiba-tiba Uda nya, datang dan bilang, "Adek menjual bunga pakai kertas origami aku Bun". Si Bungsu langsung komen, "Uda kan sudah aku kasih uang dua ribu". "Yahh cuman dua ribu", jawab Uda nya. 😁😁😁

Hari berikutnya, si Bungsu menghampiriku di dapur. "Bunda, aku kerjasama membuat bunga yang mau kujual itu dengan temanku, trus nanti uangnya dibaginya bagaimana, aku bingung", cerita si Bungsu sore itu. Aku menyambut cerita si Bungsu, dan kemudian terlibat obrolan ringan dengannya tentang: kerjasama, modal usaha, pembagian keuntungan, dll nya dengan bahasa sederhana yang dapat dia pahami. Dia kemudian meninggalkanku dengan wajah senang dan semangat.

Beberapa hari ini, giliran saya yang semangat berjualan. Beberapa orang tua murid, membeli barang ke saya. Barang terebut saya titip anak-anak untuk disampaikan ke temannya, untuk selanjutnya diserahkan ke orang tuanya masing-masing. Saya tinggal koordinasi via whatsapp dengan orang tua temannya, memastikan barang sudah sampai apa belum. Sebagai upah dari jasa yang sudah dilakukan anak-anak, saya berikan uang jasa 😊. Mereka senang dapat uang dari aktifitas tersebut. Si Uda masih kelihatan kurang PD untuk menyampaikan barang tersebut ke temannya. Beda dengan si Bungsu, yang bahkan ikut mempromosikan barang daganganku ke teman-temannya. Agar para orang tua mereka membeli barang dagangan Bundanya. 😁

Kegiatan berjualan ini sangat bermanfaat menurutku untuk memperkaya pengetahuan dan pengalaman anak. Anak mengetahui banyak hal tentang uang, kreatifitas, interaksi sosial pembeli pedagang, matematika, dan juga sebagai sarana melatih kepercayaan diri.    

 
Berani Mencoba  😉

Jakarta, 14 Maret 2018

Comments