Perjalanan ke Kalimantan Barat

Perjalanan dari Jakarta ke Pontianak ditempuh sekitar 1,5 jam menggunakan pesawat, dan mendarat di Bandar Udara Internasional Supadio yang baru dibangun. Bandara ini berlokasi di Kab. Kubu Raya,  sekitar 17 km dari Pontianak.

Saya sampai di Pontianak sudah menjelang siang. Dan tidak berapa lama Kota Pontianak diguyur hujan. Panas yang terasa menyengat saat menginjakkan kaki di Pontianak segera berlalu seiring dengan turunnya hujan yang membasahi tanah. Saya sampai di Kota Pontianak hari Senin tanggal 19 Maret 2018. Perjalanan ke Pontianak ini berdekatan dengan terjadinya fenomena alam langka di Indonesia, dimana matahari akan mencapai titik puncak/kulminasi (berada tepat di atas ekuator/khatulistiwa) pada pukul 11.50 pada hari Rabu tanggal 21 Maret 2018. Namun sayangnya pada hari itu saya sudah harus kembali ke Jakarta. Di Pontianak sebagai daerah ekuator, pada tanggal tersebut, di siang harinya  matahari berada hampir tepat di atas kepala, sehingga bayangan benda tidak ada. Namun di hari Senin tanggal 19 Maret 2018, fenomena tersebut sudah mulai dapat dirasakan, dimana saya mencoba meletakkan benda di tempat yang dikenai sinar matahari di siang hari (sekitar jam 12.00 an), namun bayangan benda tersebut tidak ada.

Saya menginap di salah satu hotel di Jl. Gajah Mada, yang merupakan daerah ramai. Banyak ditemui rumah makan dengan berbagai macam menu dan beragam harga. Namun bagi yang muslim harus hati-hati dalam memilih tempat makan di daerah tersebut, karena banyak yang tidak halal. Banyak ditemui rumah makan china. Di pinggir jalan di daerah tersebut banyak dijumpai pedagang bakpao yang di etalase gerobaknya tertulis Bakpao daging babi.

Hari pertama menginap di sana, saat makan malam, saya harus berjalan kaki cukup jauh untuk menemukan warung makan yang halal. Saya tidak menemui angkot maupun ojek yang nongkrong di daerah tersebut untuk bisa saya tumpangi. Dan saya sangat bersyukur, akhirnya mendapati warung makan Padang setelah cukup jauh berjalan kaki. Rasanya senang banget, walau bukan kelas restoran, ga ada masalah, yang penting bisa makan aman dan nyaman.

Makan malam hari kedua, saya pesan makan malam via Go-Food. Bersyukur ada aplikasi ini yang memudahkan saya di daerah baru yang belum saya kenal. Saya masuk hotel juga sudah sore, sehingga merasa lelah untuk keluar lagi mencari makan malam. Tadinya pengen mampir dulu ke rumah makan sebelum balik ke hotel, tetapi situasinya tidak memungkinkan.

Di Kalimantan Barat saya sempat jalan-jalan ke daerah Mempawah. Di daerah tersebut masih banyak ditemui tanah-tanah yang terhampar sangat luas, yang belum difungsikan. Di sana saya mampir makan siang di sebuah warung makan yang berlokasi tidak jauh dari SDN 01 Mempawah Timur. Warung makan ini sangat ramai walaupun jam makan siang sudah lewat. Warung makan ini milik muslim dan insyaallah menu yang disajikan halal. Menu favorit di tempat ini adalah kwetiau, dan saya kemudian memesan kwetiau sapi. Dan masyaallah, porsinya banyak banget, sampai ga kuat menghabiskannya. 

Warung Makan di Mempawah Timur

Warung Makan di Mempawah Timur

Katanya daerah Mempawah ini terkenal dengan kuliner kwetiau nya, yang lagi-lagi katanya berbeda dengan kwetiau di Jakarta. Tapi saya sendiri tidak terlalu tahu bedanya karena saya juga bukan pecinta kwetiau, tapi menurut saya kwetiau yang dihidangkan enak. 😃

Jalan-jalan di sana mengantarkan saya sampai ke daerah pinggiran Sungai Kapuas Kota Pontianak, dimana masyarakat di tepi sungai banyak yang memanfaatkan air sungai untuk memelihara ikan, selain sebagai sarana transportasi.

Lokasi di Keramba Ikan di Sungai Kapuas


Suasana di Keramba Ikan di Sungai Kapuas
    
Suasana di Keramba Ikan di Sungai Kapuas

Suasana di Keramba Sore Menjelang Malam Hari

Hari terakhir, saya mampir makan di Bubur Pedas Pa' Ngah. Di sini menu yang terkenal adalah bubur pedas. Kata "pedas" pada bubur merupakan perumpamaan suku Melayu Sambas yang berarti beragam sayuran dan rempah dalam bubur tersebut. Bubur ini mempunyai ciri khas rasanya gurih dan segar. Bubur ini mirip dengan bubur manado, dimana terdapat beragam sayuran. Bubur ini terdiri dari beras dan berbagai macam sayur seperti kangkung, daun pakis, jagung yang dipipil, kentang, daun kunyit dan daun kesum (daun ini hanya ada di Kalimantan Barat dan digunakan untuk menambah aroma dalam bubur). Beras ditumbuk halus kemudian baru dioseng. Untuk bumbunya, bawang merah, bawang putih, lada hitam, serta daun salam juga ditumbuk halus, ditambah garam, gula, serai, tulang dan tetelan sapi yang kemudian dimasak dalam kaldu sapi sampai matang. Bubur Pedas dihidangkan dengan kacang tanah dan ikan teri goreng. Lezatnya bumbu dan aroma yang beragam membuat rasanya bukan hanya gurih, tapi memberikan kelengkapan gizi bagi pecinta sayur mayur.

 






Bubur Pedas Pa' Ngah

Selesai makan bubur pedas, saya langsung menuju Bandara Supadio, dan meninggalkan Tanah Borneo ini. Banyak hal yang belum saya singgahi di sini, semoga suatu saat balik lagi ke sini, dan menapaki tempat-tempat yang belum sempat disinggahi.

Comments