Dikira Masalah Silindris atau Diplopia. Ternyata ..... (Part 2)

 Assalamualaikum teman-teman... saya lanjut ya sharing cerita dari part sebelumnya. Part yang sebelumnya dapat dibaca dulu, biar nyambung ya. 


*******


Di RS BM sebagai layanan fasilitas kesehatan tingkat ke 2, saya berobat ke dokter spesialis mata. Dokter matanya perempuan dengan kisaran usia sekitar 55 tahunan. Mungkin lebih. Bu Dokternya baik, ramah juga tegas. Konsultasi pertama saat itu, saya sudah bercerita dengan runut dan jelas. Dan saya dengan yakin menyampaikan bahwa pandangan saya bukan berbayang, namun objek yang dilihat tampak dua. 

Bu Dokter kemudian melakukan pemeriksaan standar, seperti pada pasien yang memiliki keluhan mata minus atau plus maupun silinder, seperti meminta saya membaca tulisan yang terpampang jauh di depan. Juga pemeriksaan standar menggunakan alat yang juga biasanya terdapat di optik-optik. Kemudian dokter mulai melakukan pemeriksaan otot bola mata saya. Saya diminta mengikuti gerakan tangan Beliau yang memegang pena dengan mata saya tanpa boleh saya menggerakkan kepala.  

Dari hasil pemeriksaan dan penjelasan saya, dokter menduga (sementara) saya mengalami diplopia binokular. Dugaan ini sama dengan yang saya rasakan setelah saya membaca banyak artikel di media online. Namun dokter sempat menyatakan bahwa syaraf mata saya sepertinya masih bagus. 

Dan akhirnya Bu Dokter meminta saya untuk periksa kolesterol dan gula darah. Menurut penjelasan beliau, masalah kolesterol ataupun gula darah dapat mempengaruhi penglihatan mata. Jadi beliau ingin memastikan terlebih dahulu kondisi tersebut. 

Saya kemudian mendaftar di bagian Laboratorium untuk pengecekan dimaksud. Hasilnya baru keluar beberapa hari kemudian. Dan pekan berikutnya saya balik lagi ke Bu Dokter Spesialis mata tersebut untuk memperlihatkan hasil lab yang saya jalani beberapa hari sebelumnya. Dokter kemudian membaca hasil lab yang saya berikan. Kolesterol saya agak tinggi, kemudian Dokter merujuk saya untuk berobat ke Spesialis Penyakit Dalam, dengan tujuan agar saya dapat diberikan obat penurun kolesterol untuk bisa saya konsumsi lebih dulu dan kemudian akan dilihat lagi, apakah ada pengaruhnya terhadap penglihatan saya. Saat itu bu Dokter sudah sempat menyinggung untuk tindakan MRI, jika ternyata kolesterol saya sudah normal namun tetap tidak ada perubahan pada mata.

Beberapa hari berikutnya, saya mendaftar ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS yang sama. Saat bertemu dokter saya kembali menyampaikan apa yang saya alami. Dokter kemudia sempat bilang, bahwa kolesterol saya memang tinggi, namun tidak termasuk kategori sangat tinggi yang dapat membahayakan organ lainnya. Namun dokter tetap memberikan saya obat penurun kolesterol. Gula darah saya normal jadi tidak diberikan tindakan apa-apa untuk itu. Obat penurun kolesterol hanya diberikan free dari BPJS untuk 7 hari, untuk 3 pekan berikutnya saya harus beli sendiri. Akhirnya saya beli sisanya di apotik. 




Begini kira-kira Objek yang Jauh, dilihat oleh Mata seorang Penderita Diplopia
Sumber : https://jabarekspres.com/berita

Ga persis sama sih dengan yang saya rasa. Satu objek yang tampak oleh mata saya adalah dua objek yang benar-benar terpisah satu dengan yang lainnya.

*****


Cukup panjang upaya berobat yang harus saya jalani untuk sampai ke titik terang tentang

apa yang saya alami. 

Semoga Allah berikan kekuatan. 


*********


Sepekan saya konsumsi obat penurun kolesterol, aku balik lagi ke dokter spesialis mata sebelumnya. Beliau kembali menanyakan kondisi penglihatan saya. Jawabku tetap sama dengan sebelumnya. Akhirnya dokter memutuskan untuk MRI. Namun karena MRI tidak ada di RS tersebut, maka Dokter merujuk saya ke RS lain di kota yang sama, sebut saja RSH. Dokter tersebut merujuk aku ke RS tersebut dimana beliau juga praktek di sana. Aku dirujuk ke Beliau lagi. 

Di jadwal beliau praktek di beberapa hari berikutnya, saya konsul ke Beliau di RSH. Dokter kemudian sudah yakin untuk melakukan tindakan MRI atas saya. Dokter memintaku untuk MRI kepala tanpa kontras. Hasil pemeriksaan dokter spesialis mata tersebut menunjukkan dengan yakin tidak ada kerusakan pada syaraf mataku. 

Jadi, diagnosa sedari awal diplopia binokular belum terungkap penyebabnya. Karena itulah dokter minta MRI. Setelah keluar ruangan praktek Beliau, saya langsung ke bagian Radiologi RSH untuk mencari informasi. Akhirnya langsung bisa mendaftar untuk MRI keesokan harinya. Beberapa hal disampaikan oleh petugas. Namun detilnya akan disampaikan oleh petugas yang akan melakukan MRI besok.

Jadilah hari besoknya saya ke RSH lagi. Langsung menuju lantai II dimana bagian Radiologi berada. Saya memasukkan berkas pendaftaran yang semalam sudah diberikan. Trus menunggu panggilan petugas. Oh ya saat pendaftaran malam itu saya diinformasikan oleh petugas agar besok saat akan menjalani MRI, tidak menggunakan pakaian yang ada kancing, peniti, jarum atau pun asesoris/perhiasan yang terbuat dari logam, emas, perak dan sejenisnya. Bahan plastik masih diperbolehkan.

Beberapa hari sebelumnya saya sempat mencari informasi terkait tindakan MRI ini. Saya juga melihat di video-video yang ada di channel ***tube, agar saya dapat gambaran dan siap menjalani tindakan tersebut. 

Nanti saya lanjutkan lagi ya ceritanya. 


23 September 2022
There is a Dies Natalies UGM ceremony at DIY






Comments