4 Bulan di Amerika. Karya Buya Hamka

Buku ini ditulis Buya Hamka semasa hidupnya, dan telah lama sekali yaitu pada tahun 1954. Buya menuliskan kisahnya ini menggunakan bahasa Indonesia ejaan lama.

 

Buku Buya teman perjalanan di darat dan udara 😊

Bagi pembaca generasi milenial atau pun generasi setelahnya tentunya agak sedikit "asing" mendapati kalimat demi kalimat yang sangat bernuansa lama. Namun bagi saya yang berasal dari daerah yang sama dengan Buya yaitu sama-sama urang Minang, membaca paragraf demi paragraf berasa Buya sedang bercerita kepada saya. Karena demikianlah kakek dan nenek saya berbicara kepada saya. Karena pilihan katanya banyak menggunakan kosa kata melayu dan dekat sekali ke bahasa Minang.

Tadinya saya berharap, di Kata Pengantar dari Penerbit akan sedikit dijelaskan tentang sejarah penulisan buku ini. Dan kenapa tidak dilakukan modifikasi atau revisi terhadap kalimat-kalimat Buya yang masih bernuansa bahasa Indonesia zaman dulu, dengan sentuhan Melayu yang cukup besar karena pengaruh latar belakang Buya sebagai urang Minang. Apakah penerbit tidak khawatir kalau buku ini tidak diminati generasi Y bahkan generasi Z karena bahasanya yang tidak sesuai dengan zaman sehingga mereka mungkin tidak mudah mencerna buku ini? Atau penerbit memiliki alasan lain? Uraian ini lebih ingin saya baca di bagian awal buku ini. Lebih menarik menurut saya, sehingga pembaca muda, dapat memahami kondisi saat buku ini ditulis oleh penulisnya. Selain itu mungkin bisa disinggung sedikit bahwa buku ini (mungkin) bukan baru pertama kali terbit. Namun pertama kali diterbitkan oleh Penerbit Gema Insani, agar pembaca gen z paham.

Buku ini terdiri dari 2 bagian besar. Bagian pertama bercerita tentang perjalanan Buya. Bagian kedua lebih kepada kesan dan hikmah setiap perjalanan. Namun di bagian pertama sedikit disinggung juga tentang kesan perjalanan, dan terasa sedikit berulang di bagian kedua. Namun bagian kedua memiliki ulasan yang lebih dalam dan panjang. Dan bagian ini menjadikan buku "jadul" ini masih sangat relevan untuk dibaca oleh generasi gen Y dan Z sekarang. Dimana mereka sudah lebih terpapar kehidupan global dan memiliki potensi yang lebih besar untuk berinteraksi dengan dunia luas dibanding generasi baby boomer bahkan generasi Buya.

Hamka menulis buku ini mengisahkan tentang perjalanannya ke negeri Paman Sam di masa belum ada google saat itu. Apa yang dituliskan tidak hanya kisah dan hikmah perjalanan namun kaya akan sejarah yang pastinya tak akan bisa beliau tuliskan di masa itu jika tidak didukung oleh bacaan yang banyak atau pun memori yang tajam saat mungkin pemandu perjalanan menjelaskan tentang apa yang beliau datangi dan lihat.




Sayangnya buku ini saya beli dan saya baca setelah saya mendapat kesempatan berkunjung ke Amerika setahun yang lalu. Jika saya membacanya sebelum saya berangkat saya sedikit bisa membandingkan kisah Buya dengan kisah perjalanan saya sendiri. Dan mungkin bisa mengunjungi tempat-tempat yang diceritakan oleh Buya dalam buku ini. Namun tak mengapa, apapun itu, saya senang sekali bisa mebaca kisah ini. Dan terasa makin bisa merasakan, karena sudah pernah menjejakkan kaki di negeri Paman Sam tersebut.

*****

Saat beliau mendatangi tempat hiburan semacam teater dan opera, saya jadi ingat kisah masa kecilnya dalam buku Ayah dimana dia dan teman-temannya menonton film secara sembunyi-sembunyi melalui lubang yang mereka buat di tempat penayangan film.

Yang menarik beliau bercerita tentang Museum Chicago. Saya baru ini mendengar tentang museum tersebut. Ini pertama kalinya. Namun memang tak heran, saat saya mengunjungi Museum Africa di Washington DC tahun lalu (ceritanya ada juga di blog ini). Isi museumnya kira-kira juga demikian. Ada alat-alat yang digunakan oleh orang-orang Afrika zaman dulu, seperti alat berburu, memasak dll. Juga ada pakaian, perhiasan, dll.

Jujur, banyak hal yang baru saya ketahui setelah membaca buku Buya ini. Selain tentang museum yang menyimpan kekayaan budaya alam Minangkabau di Chicago, juga tentang Thanksgiving, dan fakta tentang hanya orang beragama Protestan yang bisa menjadi  Presiden AS. Yang kemudian ini berefek pada tidak adanya Duta Besar AS di Negara Vatikan, yang ada hanya wakil pribadi Presiden.

Semua sekolah negeri di AS tidak mengajarkan agama kepada para siswanya. Karena itulah masyarakat beragama Khatolik mendirikan sekolah sendiri dan mengajarkan agama pada siswanya.

Beberapa kondisi AS sebagaimana yang dituliskan Buya di atas mungkin perlu dikonfirmasi dengan kondisi sekarang. Namun sebagian besar tulisan Buya, boleh saya katakan 98 persennya masih relate dengan kondisi sekarang. Walaupun Indonesia sekarang sudah lebih maju dan berkembang, namun perkembangan AS pun tetap saja jauh melebihi Indonesia. 

Saya jadi teringat dengan perkataan Dosen saya saat saya menjalani master di sebuah universitas, bahwa Indonesia ketinggalan 20 tahun dari negara maju di hampir semua bidang. Tentunya pembaca bisa setuju bisa tidak dengan dosen saya.

Quaker sebagaimana ditulis Buya mengingatkan saya pada produk makanan oat milk☺️. Buya menyebut Quaker sebagai salah satu mazhab dalam Agama Kristen Protestan yang terkenal di antara sekitar 200 mazhab yang ada.

Saya juga baru tahu tentang Miami yang cuacanya cenderung lebih hangat di banding negara bagian lainnya sehingga saat musim dingin, banyak orang Amerika yang berkunjung ke sini.

Sedikit sejarah tentang beberapa universitas di AS juga disinggung oleh Buya, bahwa semua universitas tersebut awal mulanya berdiri adalah atas dasar keagamaan. Karenanya banyak universitas yang berlokasi di samping gereja-gereja. Sebut saja misalnya Harvard, Yale, Chicago, dll.

Ternyata Amerika pernah dijajah oleh Inggris. Mungkin karenanya bahasa yang mereka gunakan sehari-hari adalah bahasa Inggris, walaupun dengan seiring berjalannya waktu bahasa Inggris Amerika memiliki ciri khas sendiri yang dapat dengan mudah dikenali orang-orang. Dalam hal ini saya bicara kondisi sekarang. Tidak tahu di zaman Buya dulu saat buku ini ditulis.

Lagi-lagi saya ingin menyatakan bahwa saya tidak banyak tahu sejarah Amerika, selain kulit-kulitnya saja. Membaca buku Buya ini seperti membaca buku sejarah, namun dengan sajian yang lebih enak dinikmati, karena langsung diikuti dengan hikmah-hikmah setelah berkisah.

Orang Salt Lake Utah tidak ada yang merokok, minum minuman keras. Begitu kisah Buya. Wow. Mengagumkan. Namun bagaimana dengan kondisi sekarang? Mungkin pembaca dapat sedikit sharing tentang hal ini. 

Tentang potensi bayi tabung, sudah ditulis Buya. Beliau terinspirasi dari penggunaan teknologi tersebut pada hewan ternak sapi di Salt Lake Utah. Kemungkinan hal tersebut dilakukan pada manusia dibantah oleh orang Amerika, bahwa itu tidak mungkin terjadi di Amerika. Namun sekarang kita sudah banyak mendengar tentang hal tersebut, bahkan di Indonesia juga sudah ada. 

Buya menulis tentang kondisi demokrasi di Indonesia di alinea ke dua. Menurut Buya, rakyat masih menjadi perisai bagi segolongan kecil manusia untuk mencapai kepentingan diri sendiri. Bagaimana dengan kondisi demokrasi Indonesia sekarang? 

Buku Buya ini walau ditulis tahun 1950-an menurut saya masih related dengan kondisi sekarang, dimana Indonesia masih tetap tertinggal dibanding AS di hampir semua bidang kehidupan. Sama dengan kondisi dahulu. Jadi tetap masih sangat perlu dibaca oleh anak muda sekarang.

Banyak sekali hikmah perjalanan dan pengetahuan-pengetahuan yang dibagi oleh Buya dalam buku ini. Buya mengisahkan tentang perjalanannya sebagai perwakilan pemerintah Indonesia. Beliau mengunjungi 40 an negara bagian di AS. Tentunya ini belum tentu dilakukan oleh orang Indonesia yang tinggal bertahun-tahun di sana. Beliau diundang menjadi pembicara mengisi kuliah umum di beberapa universitas ternama di beberapa negara bagian. Menjadi tamu kehormatan di acara pemerintah Amerika dan lain-lain. 

Masih banyak yang ingin dituliskan, namun tentunya akan beda jika teman-teman membaca langsung buku Buya daripada membaca tulisan saya ini. Semoga bermanfaat.

8 Ramadhan 1445H/ 19 Maret 2024
almost 1 month before my departure to US a year a go 
a month after election of President of RI and legislative

Comments