WhatsApp Group dan Ibu Zaman Sekarang
Tadi pagi setelah duduk manis dalam bis sebagaimana
hari-hari sebelumnya rutinitas di hari kerja, saya baru sempat mengecek postingan
di whatsapp grup (wag). Biasanya saya akan membaca yang kira-kira penting lebih
dahulu. Saya mulai masuk ke postingan kelas si Bungsu. Saya tiba-tiba kaget,
karena ternyata si Bungsu diminta membawa gelas plastik dan seledri. Hadeuuh,
sudah di bis begini, bagaimana cara mencari seledri. Bu Guru sudah
mem-posting-nya tiga hari yang lalu, dan me-remind lagi semalam. Kalau malam hari
saya terkadang tidak sempat mengecek wag, sudah pada tahu lah ya urusan
emak-emak kalau malam hari, kudu menyiapkan makan malam dan membantu anak-anak
belajar, bikin pr atau tugas sekolah. Dalam hal ini saya yang lupa. Padahal saya sudah mengantisipasi dengan mem-posting ke wag keluarga dan wa abinya untuk
sama-sama saling mengingatkan. Bahkan kalau ada info tentang beberapa kegiatan
siswa pekan depannya dari para guru, saya kadang mencatat di kertas selembar
dan menempelnya di tempat biasa nempel berbagai info. Dan untuk kegiatan kali ini, ternyata semua
lupa. Ya sudahlah.
Beberapa kali juga pernah lupa tidak membawakan anak-anak, ini
dan itu, karena saya belum mengikuti posting-an guru di wag kelas
anak-anak, atau sudah baca dan kemudian lupa. Untungnya di wag kelas anak-anak,
banyak ibu-ibu hebat dan baik. Banyak yang dengan tulus menawarkan bahan lebih
yang bisa diberikan untuk anak yang tidak membawa. Seperti kemaren lupa bawa
seledri, langsung ada yang posting di wag,
“Moms, Annisa bawa banyak kok, yang ga bawa bisa minta ke Annisa
ya seledrinya”.
Wah sontak saya langsung bahagia banget, dan saya langsung
komen, “Bunda Annisa, nanti Muthia mau ya seledrinya”.
“’Monggo bu, langsung minta Annisa ya, Muthia”.
Ga berapa lama, ada ibu yang posting, “Bundas, yang ga bawa
gelas plastik, bisa minta ke Ghaida ya, tadi dibekelin satu lusin, karena ga
bisa beli satu di warung plastik’’.
Wah langsung ramai deh wag. Saling berbagi alat dan bahan
untuk keperluan pembelajaran di kelas anak-anak. Bahagianya. Tadinya perasaan
bersalah dan kesal karena lupa, tiba-tiba kehadiran ibu-ibu baik hati langsung
merubah suasana pagi jadi happy. Alhamdulillah. Saya langsung menelepon ke
rumah, dan si Bungsu ternyata belum berangkat sekolah, saya bilang kalau dia
bisa minta alat dan bahan ini itu ke temannya ini dan itu. Alhamdulillah satu
urusan selesai.
****
Ibu-ibu zaman sekarang wajib mantengin wag. Tidak bisa
tidak. Karena para guru sekarang telah mengganti Buku Penghubung dan surat (tidak
semua surat) dengan wag. Kalau kita tidak mau anak-anak ketinggalan dalam
pembelajaran, maka ibu-ibu harus aktif baca wag.
Wag di hp saya boleh dibilang cukup banyak. Selain wag
pribadi juga wag sebagai orangtua anak-anak. Wag yang saya ikuti mulai dari wag
alumni SMP, SMA, kuliah S1, S2, kantor lama, dan kantor baru. Wag kantor pun
harus diikuti per jenjang, mulai dari Pusat, Bidang, dan juga fungsional pusat
dan se-Indonesia. Ada juga wag per kegiatan. Belum lagi wag keluarga; mulai
dari keluarga besar, keluarga besar nenek, kelluarga besar kakek, keluarga
inti, keluarga suami, ini pun juga ga kalah banyak. Ada lagi wag saat dulu
pernah ikut beberapa kegiatan bahkan sejak jaman SMP. Baru-baru ini saya gabung di
wag yang memiliki hobby yang sama. Selain itu ada wag warga perumahan di mana
kami tinggal. Ini ada wag umum dan wag pengajian ibu-ibu. Itu baru wag pribadi.
Wag sebagai orangtua yang harus saya ikuti juga tidak kalah
banyak jumlahnya. Wag kelas anak-anak. Anak saya tiga orang, jadi saya ikut wag
kelas sejumlah tiga grup. Namun ternyata
karena wag tersebut diikuti oleh guru, maka ada ibu-ibu yang bikin lagi wag khusus emak-emak saja, agar kehebohan seperti menyiapkan alat dan bahan
untuk anak-anak tersebut tidak perlu diketahui oleh guru hehehehe. Nah sekarang
para guru sudah tahu kan ya kehebohan emak-emak di balik layar. Jadi saya ikut
wag 5 kelas, tidak termasuk kelas si Sulung yang sekarang duduk di kelas X. Siswa
Kelas X relatif bisa bertanggung jawab untuk menyiapkan tugas-tugas sendiri,
tanpa perlu banyak bantuan orang tua. Untuk yang duduk di SD ada lagi wag kelas
paralel. Selain itu ada wag catering anak-anak di sekolah. Sudah berapa itu
jumlah wag sekolah? Weleh-weleh, lumayan ya. Selain wag sekolah, anak-anak
mengikuti kelas mengaji, jadi saya ikut lagi wag mengaji anak-anak. Wag nya ada
tiga.
Nah, jadi wajar banget ya kalau saya terkadang lupa
menyiapkan ini itu buat anak-anak..hehehehe (membela diri). Jadi wajar banget
ya kalau saya hanya sebagai silent reader di beberapa wag, ga pernah ikut komen
dan ikutan ngobrol. Untuk membaca postingan wag saya harus memprioritaskan yang
penting dulu, baru jika ada waktu saya membaca yang relatif tidak penting.
Jadi bagi yang sering menemukan emak-emak ga ikut komen kayak
saya ini, bukan otomatis berarti emak itu sombong ga mau ikut ngobrol ya.
Jangan buru-buru ber-suuzhon atau komen negatif dulu. Kalau pengen ngobrol
intens dengan emak-emak model gini dan memang penting urusannya, langsung japri
saja, jangan pernah colek-colek di wag. Dia akan butuh waktu lama untuk merespon,
bahkan tragisnya ga akan merespon postingan dimaksud, karena dia baru akan
membacanya setelah urusannya yang penting selesai terlebih dahulu.
Karenanya mohon bantu urusan emak-emak dengan tidak
men-judge dia sebagai makhluk sombong ya. Emak-emak akan terlebih dahulu sibuk
di wag kelas anak-anak untuk saling menawarkan dan meminta alat dan bahan untuk
perlengkapan anak-anak sekolah wkwkwk, baru kemudian melongok ke wag yang lain.
Selasa, 8 Oktober 2019
Comments
Post a Comment