Pertama kali ke Yogyakarta beberapa tahun lalu (Februari 2015), saya belum berhasil memasuki Keraton Yogyakarta ini, karena pas ke sini ternyata Keraton tutup. Saat itu saya tidak tahu jadwal buka tutupnya Keraton.
|
Loket Pintu Masuk Sudah Tutup |
|
Akhirnya cuma bisa foto di depan gerbang Keraton :)
|
|
Cuma bisa memandang Keraton dari Kejauhan |
Alhamdulillah, pertengahan April 2017 akhirnya sampai juga ke Keraton ini. Ga sah rasanya ke Yogya kalau belum mampir ke sini.
Saat berada di Keraton ini, tidak begitu ramai pengunjung yang datang, jadi saya agak lebih leluasa mengitari semua sudut Keraton.
Keraton Yogyakarta merupakan tempat tinggal resmi para Sultan yang bertahta di Kesultanan Yogyakarta. Kawasan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, sebutan lengkap dari Keraton Yogya, merupakan bangunan cagar budaya yang terdiri dari serangkaian ruang dan bangunan yang punya nama dan fungsi tertentu. Beberapa ruang terbuka di lokasi keraton dinamakan sebagai plataran. Setiap plataran dihubungkan dengan gerbang yang disebut dengan regol, yang merupakan pembatas antara plataran satu dengan yang lainnya.
Di plataran terdapat beberapa bangunan luas yang dibagi ke dalam dua tipe. Pertama adalah bangsal, yaitu bangunan yang memiliki deretan tiang sebagai penyangga atap, tanpa dinding. Kedua adalah gedhong, memiliki struktur penyangga atap berupa dinding yang terbuat dari dua jenis material, yaitu konstruksi kayu dan batu bata.
Kawasan inti di Keraton Yogyakarta tersusun dari tujuh rangkaian plataran mulai dari Alun-alun Utara hingga Alun-alun Selatan.
Pagelaran dan Sitihinggil merupakan plataran pertama yang terletak tepat di sebelah selatan Alun-alun Utara. Pagelaran merupakan area paling depan, dimana pada masa lampau berfungsi sebagai tempat para Abdi Dalem menghadap Sultan ketika upacara-upacara kerajaan. Dalam memimpin upacara kerajaan, Sultan berada di Sitihinggil, yang merupakan area yang ditinggikan karena memiliki fungsi filosofis penting sebagai tempat resmi kedudukan Sultan.
Di area Pagelaran terdapat lima bangunan, salah satunya adalah Bangsal Pagelaran. Sedangkan di kawasan Sitihinggil terdapat tujuh bangunan, salah satunya adalah bangsal Manguntur Tangkil.
|
Bagian dalam Bangsal Manguntur Tangkil |
Bangsal ini digunakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono saat menghadiri Upacara Garebeg, yang dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri), tanggal 10 Dzulhijjah (Hari Raya Idul Adha) dan tanggal 12 Rabiul Awal (Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dikenal sebagai Maulid Nabi). Selain kegiatan ini, bangsal juga digunakan sebagai tempat pelantikan putra mahkota menjadi Sultan Yogyakarta.
|
Bangsal Manguntur Tangkil
Bangsal ini terakhir digunakan untuk melantik Kangjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi menjadi Sultan yang bergelar Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alaga Nagbdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping X Ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat pada tanggal 7 Maret 1989. Wih, gelarnya panjang banget.
|
|
Bangsal Manguntur Tangkil |
Bangsal Manguntur Tangkil tampak depan |
Berikut ini adalah Bangsal Pagelaran yang merupakan bangunan utama. Bangsal ini berlokasi di depan kompleks keraton menghadap utara ke arah Alun-alun Lor. Pada zamannya Pagelaran merupakan tempat para penggawa kesultanan menghadap Sultan pada upacara resmi. Sekarang sering digunakan untuk kegiatan upacara adat, keagamaan dan pariwisata.
|
Di depan Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta |
|
Salah satu koleksi alat musik tradisional
|
|
Foto-foto para Sultan Yogyakarta dari masa ke masa |
Masih banyak bangunan di kawasan keraton ini yang belum sempat saya masuki, berhubung waktu yang tidak memungkinkan. Dan beberapa bangunan ada yang tidak dapat dikunjungi oleh umum.
Referensi:
https://id.wikipedia.org
https://www.kratonjogja.id/
Depok, 20 September 2020
Catatan perjalanan di Pertengahan April 2017
Baru dituliskan satu pekan PSBB kedua
diterapkan di DKI Jakarta
Comments
Post a Comment