Butuh Literasi, Agar Benar dalam Menyikapi

Seputar Covid-19


Menurut mereka: "Covid-19 ini mirip macam virus flu biasa. Jadi kalau kita terinfeksi kita bisa sembuh, dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi yang akan memperkuat antibodi. Jangan lupa asupan konsumsi vitamin C dan E haruslah cukup."

-- Ada benernya juga sich, sakit ini bisa sembuh, dan itu sudah terbukti. Yang salah itu kalau kita jadi menganggap enteng virus ini, setelah makan yang sehat dan bergizi, dan kemudian mengabaikan himbauan untuk tidak lagi berkumpul dst. Karena tidak ada yang menjamin tubuh kita bakal berhasil memproduksi antibodi. Kita juga ga bisa memastikan antibodi kita bakal menang lawan virus corona itu. Kalau tubuh gagal bagaimana?

Menurut dia, "Peluang sembuhnya besar kok, sepanjang belum berusia lanjut dan tidak sedang mengidap penyakit kronis."

-- Tapi banyak loh, orang yang tidak menyadari kalau dia ternyata mengidap penyakit kronis. Bahkan baru tahu setelah stadium lanjut.

Menurutnya, "Tingkat kematian akibat Covid 19 ini jauh lebih rendah (sekitar 3%), dibanding tingkat kematian akibat SARS (9,5%) atau pun MERS (34%). Peluang sembuhnya besar, jadi jangan terlalu panik menghadapi virus ini."

-- Sejauh ini memang demikian kenyataannya di lapangan. Namun jangan sampai hal ini menyebabkan kita menyepelekan Covid-19 ini, dengan mengabaikan himbauan untuk #stayathome, #dirumahaja, #jagajarak #socialdistancing,

Menurutnya, "Kita tidak perlu ikutan pakai masker karena itu kan buat orang sakit. Kasihan masker jadi langka karena dipakai semua orang, padahal tenaga medis lebih membutuhkan."

-- Dalam kondisi normal saya juga sepakat kalau yang pakai masker itu hanya orang sakit saja. Tapi untuk kondisi sekarang, saat terpaksa harus ke luar rumah, ada baiknya pakai masker. Hal ini untuk mengantisipasi tangan yang habis pegang ini itu tidak sampai menyentuh mulut dan hidung kita saat kita lupa. Dan hal lainnya, jika ternyata ada orang bersin sekitar kita, bagian wajah untuk sementara masih terlindungi dari droplet sampai kita tiba di rumah untuk kemudian membuang masker, mandi dan cuci pakaian. Dan hampir semua orang di dunia sekarang ini yang sehat pun jika keluar rumah menggunakan masker. Jadi ini harusnya ga debatable lagi. Presiden dan para menteri pakai, gubernur pakai, dst.
Yang perlu dipahami adalah, bahwa masker yang sudah digunakan, sampai rumah langsung dibuang. Membuka masker harus dengan cara yang tepat, jangan sampai bagian luar masker menyentuh kulit wajah, karena pada bagian depan itu telah menempel berbagai bakteri/virus.


*****


Virus ini sudah menyebar secara masif dalam waktu singkat, ke seluruh penjuru dunia (168 negara per tanggal 25/3/2020).

Di Indonesia sudah tercatat 10 orang dokter yang meninggal korban virus ini (belum yang tidak tercatat), juga perawat dan tenaga medis lainnya. Jumlah total yang meninggal sudah seratusan orang, dan seribuan orang yang positif.

Yuuk lah, kita jaga diri dan keluarga jangan sampai terpapar virus ini, yang bisa menambah beban para tenaga kesehatan. Selain itu fasilitas di berbagai layanan kesehatan sangat terbatas, jika yang sakit terus bertambah, tentu ini akan menjadi beban berat, dan para nakes bisa kewalahan menghadapinya. Jangan sampai ini terjadi.

Setelah semua ikhtiar kita lakukan, iringi dengan do'a yang khusyu dan penuh harap padaNya, agar kita terlindung dari ancaman virus ini. Setelahnya, bertawakal adalah sebaik2 sikap, yang akan menjaga kita dari rasa was-was dan ketakutan yang berlebihan (panik).

#stayathome #dirumahaja sebisa mungkin, jaga jarak #physicaldistancing, gunakan #masker jika terpaksa keluar rumah, #cucitangan dengan sabun sesering mungkin atau gunakan #handsanitizer. Pelajari dan praktekkan SOP saat akan memasuki rumah setelah bepergian dari luar.

Semoga bencana #covid19 segera berlalu.

Diposting di Fb saya, Riza Mufidah
tanggal 29 Maret 2020

Comments