Mencari Hikmah di Balik Musibah (Bagian 2)

Cerita Seputar Covid-19
Setelah Work From Home

Hari pertama work from home sambil menemani anak-anak yang juga study from home, cukup melelahkan. Ditambah lagi harus menyediakan makanan sehat bergizi untuk semua anggota keluarga tidak bisa ditunda apalagi ditiadakan. Karena daya tahan tubuh mereka sangat dibutuhkan untuk menghadapi situasi seperti ini. Si Abi yang memiliki usaha sendiri, tetap beraktifitas normal, karena belum memungkinkan untuk menghentikan aktifitas usaha, sehingga semua karyawannya tetap masuk. Namun SOP untuk pencegahan penyebaran virus ini diterapkan kepada semua karyawan dan customer yang datang.

Pekan pertama WFH adalah masa-masa sangat berat buat saya, sebagai ibu dari tiga orang anak yang bersekolah di level yang berbeda. Si Sulung kelas X (SMA), yang tengah kelas 6, dan si Bungsu kelas 4 SD. Namun di pekan pertama ini saya belajar banyak dan merasakan hikmah dari bencana Covid-19 ini. Dan tidakkah kita disuruh untuk mengambil pelajaran dari setiap kejadian?

Beberapa hikmah yang saya dan keluarga rasakan antara lain: 
  1. Anak-anak senang orang tuanya berada di rumah setiap hari, terutama si bungsu. Kedekatan kami sekeluarga semakin terasa dengan saya berada di rumah. Biasanya setiap pagi jam 06.00 paling telat saya sudah meninggalkan rumah untuk berangkat kerja. Sore hari sebelum Maghrib baru sampai di rumah. Sedangkan Abi baru pulang sore atau bahkan lebih malam lagi. 
  2. Pendampingan belajar yang setiap hari saya lakukan, menjadikan saya lebih paham kekuatan dan kelemahan anak-anak pada pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah. Setiap pagi selesai sarapan saya mendampingi mereka belajar satu per satu, sampai siang hari. Pusing juga mengajari mereka yang berbeda kelas dalam waktu bersamaan. Untungnya si sulung tidak terlalu butuh untuk dibantu belajar, hanya sesekali saat dia buntu dan tidak bisa menyelesaikan tugasnya. Itu pun bukan saya mengajari, hanya memberikan solusi, dengan mencarikan literatur dan lain-lain. Tugas saya untuk work from home saya tunda setelah meng-handle anak-anak. Biasanya bisa WFH siang atau sore hari setelah anak-anak beres semua. Namun kalau ada penugasan dari pimpinan yang penting untuk diselesaikan, baru saya ganti jadwal "mengajar" anak-anak. 
  3. Saya lebih mengenal para guru yang mengajar anak-anak di sekolah. Kebijakan study from home, mengharuskan saya berkomunikasi dengan setiap guru bidang studi anak-anak. Silaturrahim dengan guru jadi tercipta akibat virus corona.
  4. Mewabahnya virus ini menjadikan anak-anak lebih peduli pada kebersihan terutama terkait mencuci tangan. Selama ini, jika diminta mencuci tangan seperti akan makan misalnya, biasanya mereka suka ngasal, dan terkadang tanpa menggunakan sabun.
  5. Waktu saya yang lebih banyak di rumah, memungkinkan saya untuk rapi-rapi, beberes, dan membersihkan bagian-bagian yang tidak atau jarang disentuh oleh mba ART yang kerja di rumah. Saya mulai membongkar lemari satu per satu, membersihkan bagiannya dan merapikan isinya. Demikian juga dengan bagian lain yang jarang tersentuh. Saya juga jadi punya waktu untuk kegiatan jahit menjahit, menjahit yang robek-robek ☺.
  6. Kreatifitas anak-anak sedikit meningkat. Tidak boleh ke luar rumah berpotensi besar melahirkan kebosanan pada anak-anak. Untungnya anak-anak sudah memahami kondisi yang terjadi, karena di sekolah sebelum study from home, mereka mendapatkan sosialisasi dari para gurunya. Dan di rumah pun mereka sering mendengar kondisi terkini di televisi. Hal tersebut menyebabkan mereka tidak pernah protes disuruh di rumah saja sampai menginjak pekan ke empat ini. Alhamdulillah. Karenanya saya berupaya menemukan cara jitu agar anak-anak tidak kecanduan main games dan gadget. Beberapa permainan mulai dilakukan lagi di rumah bersama-sama, seperti bermain kartu UNO dan UNO stacko, congklak, bola bekel, monopoli, catur, karambol, dan bola pingpong. Permainan yang terakhir ini sangat diminati anak-anak. Jangan bayangkan rumah saya besar dan luas ya, karena kami mainnya di lantai, dengan net menggunakan lego anak-anak yang disusun memanjang sejajar ☺. Tak ada rotan akar pun berguna, yang penting bahagia. Walau pun rumah jadi tidak pernah rapi, tidak jadi masalah, toh, tamu juga tidak ada yang ke rumah.
  7. Saya memiliki waktu lebih banyak untuk menulis hal-hal yang sempat tertunda. Beberapa ide menulis yang sudah saya tuliskan di whatsapp group (wag) ada beberapa yang belum sempat dikembangkan.  Wag yang saya buat beranggotakan hanya saya sendiri. Grup ini saya gunakan untuk menuliskan setiap ide yang terlintas kapan dan dimana pun saya berada. Biasanya jika punya kesempatan, saya akan menuliskan dan mengembangkan ide tersebut lebih lanjut. 
  8. Saya menjadi lebih kreatif di dapur. Kondisi wabah ini, membuat saya memutuskan untuk memasak semua makanan untuk anggota keluarga setiap hari. Saya khawatir jika membeli makanan matang di luar sana. Alhamdulillah selama tiga pekan saya masih konsisten memasak sendiri untuk konsumsi anggota keluarga tiga kali sehari. Jika WFH overload, maka saya memasak yang simple saja. Namun jika waktu lebih banyak saya memasak yang agak ribet, dan kadang juga memasak cemilan untuk sore hari. Dengan demikian saya berharap kebutuhan gizi anggota keluarga dapat terpenuhi untuk dapat hidup sehat dan tetap produktif.
  9. Punya waktu untuk berolah raga di rumah. Saya melakukan olah raga dengan meniru gerakan yang terdapat di beberapa chanel youtube. Saya lebih suka yoga, karena lebih santai, namun tetap menghasilkan keringat yang banyak. Badan pun berasa lebih segar. 
  10. Tolong menolong dalam berbelanja dapur pun tercipta antar tetangga. Kadang ada yang ingin memesan baso pada kenalannya, maka biar pedagangnya sekalian ngirim, maka produk makanan tersebut sering di-share di grup, barangkali ada tetangga yang juga mau membeli makanan tersebut. Biasanya tawaran tersebut tak pernah sepi, pasti ada saja yang ikut membeli. 
  11. Komunikasi dengan orang tua dan saudara-saudara di pulau yang berbeda menjadi lebih sering. Saya berkesempatan untuk menelepon dan video call, tiap pekan sekali bahkan lebih. Menanyakan kabar terkait seputar Covid, yang terjadi di daerah masing-masing. Saya juga berkesempatan memberikan informasi yang benar kepada kedua orang tua, terkait bagaimana menjaga diri agar tidak terinfeksi virus corona.

Masih banyak lagi mungkin yang saya rasakan, namun belum sempat saya tuliskan. Mungkin di antara teman-teman ada hal lain yang berbeda dari apa yang saya tuliskan di atas, mungkin bisa di-share di komen di bawah ini. 
Semoga bencana ini cepat berlalu, dan kita bisa menyambut Ramadhan dengan suka cita. Aamiin.


Hari pertama memasuki pekan keempat WFH



Comments

  1. banyak hikmah yg bisa kita dapatkan ya selama self quarantine ini, keep writing!

    ReplyDelete
  2. Betul mba Grandys. Semoga virus ini cepat pergi ya. Dan kita bisa hidup secara normal kembali. Thank you 😊

    ReplyDelete

Post a Comment