Perjalanan Haji (Part 4): Ibadah di Madinah, Sunah Arbain dan Raudhah

Sunah Arbain

Sunah arbain adalah melaksanakan shalat wajib berjamaah di Masjid Nabawi 40 kali berturut-turut. Jadi jamaah harus ada minimal 8 hari  di Madinah. Dari jadwal tiba di Madinah dan berangkat ke Mekkah yang kami terima waktunya cukup dan kami leluasa untuk bisa melaksanakan shalat Arbain. Kami sampai di hotel di Madinah jam 11.30. Dari jendela hotel terlihat orang-orang menuju Masjid Nabawi, yang payung-payungnya alhamdulillah terlihat dari jendela kamar hotel. Kami mulai Arbain saat Ashar, dimana shalat Zuhur kami lakukan di hotel, karena ingin beristirahat terlebih dulu. 


Ternyata waktu keberangkatan ke Mekkah dipercepat satu hari, dijadwalkan pagi jam 9. Ini berarti kami tidak dapat melakukan Arbain, sehingga kurang satu kesempatan lagi, sayang sekali. Namun Alhamdulillah ada pejuang Arbain yang lapor ke kloter, maju ke kantor sektor meminta agar keberangkatan bisa ditunda sampai selesai shalat zuhur. Alhamdulillah disetujui berangkat jam 14.00. Jadi kami melakukan shalat zuhur di Masjid Nabawi dalam kondisi sudah memakai pakaian ihram. Barang bawaan sudah siap angkut di lobi. Sekarang menurut informasi, Arbain tidak menjadi program haji sehingga banyak kloter lain yang tidak bisa melaksanakan Arbain. 


Untuk bisa sunah Arbain subuh bisa berangkat dari hotel pada pukul 03.00, dimana waktu sholat shubuh pukul 04.10, dan itu pun dapat lokasinya di pelataran masjid. Ruang utama jamaah perempuan pada pukul tersebut biasanya sudah lampu merah, yang artinya sudah full. Sementara itu di tempat  jamaah laki-laki masih bisa masuk. Karena itu kami berangkat jam 02.30 atau 2.45 dari hotel agar dapat masuk. Atau kalaupun lampu merah, jika hanya satu atau dua orang masih bisa masuk ke dalam dan dapat tempat shalat, dengan menyusuri shaf-shaf yang kira-kira dapat kita tempati. Jika datang terlambat jangan berharap dapat bersebelahan dengan teman sendiri, ada tempat saja alhamdulillah, berjuang masing-masing.

Waktu sholat Zuhur pukul 12.20. Kami berangkat pada pukul 11.00, dan sudah ketemu lampu merah. Kayaknya yang lain dari dhuha awal sudah ke masjid. Zuhur dan Ashar harus datang lebih awal karena ada bagian pelataran masjid yang panas atau tidak kebagian karpet, sehingga panas cukup terasa, apalagi sajadah yang dibawa tipis. Untuk sholat Magrib dan Isya saya lebih leluasa memilih pelataran masjid karena matahari sudah tenggelam. Kalau kebagian tempat yang tidak ada karpetnya, atau bukan tempat yang diizinkan shalat karena waktu mepet, harus siap-siap jika selesai rawatib diusir dan harus berpindah ke tempat lain. Habis sholat Maghrib biasanya bisa masuk masjid untuk dapat melaksanakan sholat Isya, karena banyak orang-orang yang keluar masjid.  


Jadi, untuk dapat sholat di Masjid Nabawi harus pintar-pintar mengatur waktu, makan, istirahat, tidur, dan mencuci, supaya tidak terburu-buru ke masjid.

Arbain itu sunah, tidak wajib, tapi jika tidak ada uzur, sayang sekali jika dilewatkan. Shalat di Masjid Nabawi sendiri sangat utama, lebih baik dari 1000 shalat di masjid lain kecuali Masjidil Haram. Keutamaan Arbain salah satunya disebutkan dalam hadits dari Anas bin Malik yang diriwayatkan oleh Musnad Ahmad bin Hanbal, yang menyatakan bahwa: "Siapa yang shalat di Masjid Nabawi 40 kali berturut-turut, akan dicatat baginya kebebasan dari neraka, selamat dari siksaan, dan terbebas dari kemunafikan."


Raudhah

Raudhah berada di dalam Masjid Nabawi. “Tempat di antara mimbarku dan makamku adalah satu taman dari taman-taman surga,” kata Rasulullah. Raudhah merupakan taman surga yang ada di bumi dan kelak akan dikembalikan oleh Allah SWT saat kiamat. Raudhah adalah tempat mustajab untuk berdoa jadi semua jamaah haji dan umrah pasti ingin berdoa dan shalat sunah di sini. 

Saat musim haji, program haji pemerintah memberikan kesempatan kepada semua jamaah (kloter) untuk dapat sholat di sini. Tapi sayang sekali kloter kami tidak dapat jadwal sampai kami harus berangkat ke Madinah (saya gak ngerti ini caranya gimana). Jadi pilihan yang ada adalah mendaftar mandiri lewat aplikasi nusuk atau datang dan antri langsung di jadwal-jadwal Raudhah dibuka. Saya tidak pernah mencoba lewat aplikasi nusuk, tapi mencoba masuk lewat pintu 21 sehabis sholat Shubuh. Saya dan teman-teman tidak mencoba habis Isya, karena khawatir pulang kemalaman dan dapat terlambat Shubuh. Saat saya dan teman-teman sekamar menuju ke pintu 21, aksesnya ditutup tapi banyak ibu-ibu yang antri di luar. Jadi kami ikut berdiri di sana sambil videoin payung Nabawi yang sedang membuka. Jika kita berkumpul di sana dan tidak diusir askar berarti pintu nanti akan dibuka, tunggu saja. Karena 2 hari setelahnya kami ke sana lagi, kami diusir askar (petugas keamanan di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram), "hajjah hajjah go, hajji," katanya. Itu kami simpulkan bahwa hari ini yang masuk lewat sana adalah laki-laki, sementara perempuan tidak boleh sehingga kami segera meninggalkan tempat tersebut.  

Pada jadwal yang diizinkan masuk jika pintu sudah dibuka, jalan sampai ke tempat antrian, duduk manis biar tidak dimarahi askar. Ikut panduan saja, disuruh duduk ya duduk, disuruh maju ya maju. Gak usah lari-larian, jalan cepat saja jika memungkinkan. Usahakan mepet kiri biar gampang karena Raudhah adanya di sisi kiri. Saat sudah hampir bagian depan, pintar-pintar mencari celah, pegangan erat dengan teman biar tidak terpisah.  Kalau ketemu karpet hijau bisa langsung shalat sunah dan berdoa. Jadi masuk Raudhah sudah wudhu. Shalat sunah gantian dengan teman jadi ada yang jagain biar orang tidak melintas di depan kita. Jangan shalat lama-lama. Habis shalat, doanya sambil berdiri saja. Ini tempat mustajab untuk berdoa jadi manfaatkan sebaik-baiknya. Menurut saya pribadi, tidak usahlah foto-foto atau video di sini, karena yang lain antri mau shalat dan berdoa di sini. Kalau sudah selesai, segera mundur, kasih kesempatan ke yang lain. 

Kata bimbad (pembimbing ibadah kloter) kami, kalau masuk pakai aplikasi nusuk, akan leluasa untuk shalat sunah, disediakan tempat. Oh ya, pintu masuk Raudhah untuk yang masuk mandiri dan lewat aplikasi nusuk itu berbeda. Pintu masuk laki-laki dan perempuan juga berbeda. 

Kloter kami bimbadnya perempuan, jadi kesempatan kedua saya ke Raudhah diantar beliau. Kalau umrah, khusus untuk ke Raudhah biasanya sama travel disediakan muthawwif (pemandu atau pembimbing ibadah haji dan umrah) perempuan untuk memandu.


Sumber Dokumentasi milik Liza Kurnia Sari


5 September 2025 M / 12 Rabiul Awal 1447 H
Bertepatan dengan Peringatan 
Maulid Nabi Muhammad SAW  

Comments

Popular Posts