Perjalanan Haji (Part 5): Thawaf

Madinah dikenal dengan keindahannya

Makkah dikenal dengan keagungannya


Kita mulai cerita di Makkah ya.


Thawaf

Thawaf adalah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 (tujuh) kali, dan harus dalam keadaan suci. Jika melaksanakan haji, minimal kita melakukan thawaf sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu yang dikenal sebagai thawaf umrah wajib, thawaf ifadah (thawaf rukun haji), dan thawaf wada (thawaf perpisahan). Kita juga akan thawaf setiap melakukan umrah, yang diiringi dengan sa'i. Selain itu kita bisa melakukan thawaf sunah yang dapat dilakukan setiap kali datang ke Masjidil Haram. Mungkin untuk mengurangi kepadatan, bagi jama'ah laki-laki yang hendak masuk ke pelataran Ka’bah harus menggunakan pakaian ihram, dan dianggap sebagai thawaf untuk umrah. Aturan menggunakan pakaian ihram tidak berlaku di puncak haji saat jamaah melakukan thawaf ifadah.

Thawaf paling ramai berada di lantai 1, di pelataran Ka’bah. Bagi yang ingin agak lega dapat thawaf di lantai 2, di mana di lantai 2 ini juga merupakan lokasi thawaf bagi jama'ah dengan menggunakan kursi roda. Sekarang ini ada thawaf dengan menggunakan mobil golf di lantai 3.  

KBIH kami memfasilitasi pelaksanaan umrah sunah berkali-kali, jadi kami selalu thawaf beramai-ramai di lantai 1. Kalau ada muthawwif atau ustadz sebagai pembimbing, kita tinggal mengikuti bacaan doa ustadznya, dilanjut dzikir subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha  illallah wallaahu akbar serta doa rabbana aatina dan seterusnya, di antara rukun yamani dan rukun hajar aswad. Walau ada pembimbing kita tetap harus menghitung putaran yang dilakukan, berjaga-jaga seandainya terpisah dari rombongan di tengah kepadatan manusia. Seringnya jamaah tetap buka buku doa sehingga jika bacaan ustadznya kurang terdengar kita bisa baca sendiri jika belum hafal. 


Kalau thawaf bareng-bareng kami biasanya agak di luar, tidak terlalu padat, kecuali di lampu hijau rukun hajar aswad. Di sana bisa berhenti sejenak meski kita berada di lingkaran luar.

Saya pernah thawaf sunah sendiri (niatnya bertiga tapi saya terpisah dari teman-teman), mencoba agak ke tengah mendekati Ka’bah, pastinya lebih padat. Jika ingin menyentuh Ka’bah harus dilakukan setelah thawaf selesai. Dan kalau di saat thawaf maka putaran saat kita memegang Ka’bah harus diulangi. Di putaran ke-5 dan 6 saya sudah mepet Ka’bah, namun masih di putaran ke-7 dan kemudian terlempar lagi ke arah luar. Butuh 3 putaran lagi untuk saya bisa mendekati Ka’bah, berharap bisa shalat di hijir ismail. Tapi ternyata di musim haji, lokasi hijir ismail ditutup. Namun setidaknya bisa berdoa di depan talang air dan di multazam. 

Karena belum pernah, saya ingin merasakan thawaf di lantai 2. Dengan seorang teman, saya mencoba thawaf di sana. Lebih lapang walau kadang di-hajji-hajji-kan (baca: diteriakin) sama pendorong kursi roda karena dianggap menghalangi mereka. Karena itu kita perlu berjalan agak ke pinggir atau sisakan buat 1 kursi roda lewat, lihat kondisi saja. Saat melakukan thawaf sendiri, saya membuka buku doa, dan membaca doa sendiri beserta artinya. Karena tidak berdesak-desakan saya berani menggunakan  kacamata plus saat membaca doa dan memegangnya saat tidak membaca. Ini tidak mungkin dapat saya lakukan jika saya melakukan thawaf di lantai 1 karena khawatir kacamata jatuh saat dipegang karena ramai, sementara untuk dipakai terus saya merasa kurang nyaman karena belum terbiasa. Jika di lantai 1 saya hanya membaca arti do'a-do'anya saja, karena untuk membaca tulisan arabnya mata saya yang mulai plus ini, tidak bisa membacanya tanpa dibantu kacamata itu. Membaca doa sendiri beserta artinya bisa meresapi maknanya, nyamaaan sekali. Walau effort-nya lumayan, bisa sampai 1,5 jam untuk menyelesaikan 7 putaran di lantai 2.


Saat melakukan thawaf wada, kami diajak berjalan ke bagian tengah oleh muthawwif. Kami hanya berjumlah 10 orang, jadi aman ke tengah. Selesai thawaf kami diajak berdoa di multazam (ada yang bilang multazam itu hanya sampai shaf ke-2). Doa yang diajarkan “Ya Allah kabulkan doaku dimanapun aku berdoa”. Karena doa di multazam mustajab, dengan doa ini, nanti dimanapun kita berdoa akan dikabulkan Allah.

Thawaf wada itu bukan pamitan untuk pulang ke tanah air, tapi pamitan untuk kembali lagi bersama keluarga. Saat disampaikan ini langsung tambah kencang doanya. Semoga diijabah Allah, aamiin.

diposting saat perjalanan ke Surabaya-Lamongan-Tuban
10-11 September 2025

Comments

Popular Posts