Perjalanan Haji (Part 7): Rangkaian Puncak Haji
Masih lanjut cerita rangkaian puncak haji
Muzdalifah, Mina dan Jamarat
Malam setelah wukuf, rangkaian haji akan dilanjutkan dengan bermalam di Muzdalifah. Tetapi ada skema pergerakan jamaah yang disebut murur, jamaah tidak bermalam di Muzdalifah, yang beralaskan tanah dan beratapkan langit, tapi hanya melintas. Saat di Muzdalifah mereka tetap di bus dan setelah tengah malam melanjutkan perjalanan ke Mina. Biasanya yang murur adalah jamaah lansia dan beresiko tinggi. Tapi tahun ini, kami yang belum lansia pun akhirnya dimururkan.
Kami baru disuruh keluar tenda setelah jam 23.00, dari yang awalnya pukul 20.30 atau 21.00. Antri bus cukup lama dan lewat tengah malam kami baru sampai ke Muzdalifah. Akhirnya diputuskan kami melintas saja, bus langsung ke Mina. Hanya bus awal di kloter kami yang turun di Muzdalifah dan dijanjikan jam 01.00 akan kembali dijemput untuk ke Mina. Katanya ada kendala bus keluar masuk kawasan Arafah (entah kenapa), sehingga sampai jam 5.00 pagi belum ada bus yang datang menjemput. Akhirnya jamaah jalan kaki dari Muzdalifah ke Mina yang berjarak 2-5 km tergantung rute jalan yang diambil. Lumayan jauh perjalanan kami, sekitar 2 jam dengan bawaan yang banyak, yaitu perbekalan 5 hari. Ini bukan hanya dialami kloter kami, tapi juga dialami jamaah lain dari syarikah lain.
Sampai di Mina sekitar jam 02.30, masuk tenda langsung tidur, bangun subuh lalu sarapan. Jam 7 pagi kami jalan kaki ke Jamarat untuk lontar jumrah Aqabah. Kami kebagian di Mina Jadid, jadi lumayan jalannya ke Jamarat. Dari gerbang tenda kami, sudah terbaca tulisan “Mina ends here”. Karena tidak mampir di Muzdalifah, dan info di bus disediakan batu pun zonk. Kami kemudian mencari batu di pinggiran kawasan tenda. Begitu masuk ke tenda lagi, petugas syarikah memastikan kami berhak masuk dan tidak salah tenda dengan memeriksa gelang di tangan kami. Padahal mengumpulkan batu di depan saja dan mestinya mereka melihat kami keluar. Butuh waktu sekitar 2 jam 30 menit dari berangkat sampai kembali ke tenda selesai melontar jumrah. Dari jamarat terlihat Zamzam Tower, jadi tergoda untuk thawaf ifadah ke Haram tapi gak ngerti rutenya. Alhamdulillah jamarat tidak sepadat yang dibayangkan, saya bisa melontar tepat di tepi tembok pembatas. Dengan pembatasan masuk Armuzna yang super ketat, untuk mencegah haji ilegal.
Pemandangan dari Jamarat ke arah Tenda di Mina |
Pemandangan dari Jamarat ke arah Mekkah |
Melontar jumrah kedua dan ketiga kami lakukan jam 00.00, tengah malam bergerak ke jamarat. Karena ini waktu khusus bagi jamaah haji asal Asia Tenggara, kami banyak ketemu jamaah Malaysia, Thailand, Filipina.
Saat melontar jumrah, dari ceramah seorang ustadzah, hal itu merupakan simbol dari melempar setan, tapi sebenarnya hati yang dibidik. Jadi pikirkan apa sifat buruk kita yang mau dibuang, lantunkan niat itu di setiap lemparan. Misal bagi yang merasa pelit, Ya Allah hilangkan sifat pelit saya, Bismillah Allahu Akbar. Bagi yang merasa suka malas-malasan, ya Allah hilangkan sifat malas saya, Bismillah Allahu Akbar, dan seterusnya.
Karena kami melakukan nafar tsani maka pada 12 Zulhijjah kami kembali ke Mekkah. Di bus dari Mina menuju Mekkah doa agar bisa kembali lagi ke sana bersama keluarga tidak bosan dilantunkan. Tidak ada masalah naik haji dengan teman-teman 1 KBIH, 1 kloter, karena dari manasik kita sudah saling kenal. Tapi bisa ke tanah suci bersama keluarga akan lebih menenangkan.
Comments
Post a Comment