Tiga Hari di Bangkok
Pertengahan September 2025 lalu, saya berkempatan ke Bangkok selama tiga hari. Sampai di sana malam, dan balik ke Indonesia malam. Jadi saat berada di atas langit Thailand hanya gelap yang terlihat. Sedih sih, tapi yang mo gimana, karena maunya berangkat dan pulangnya naik maskapai terpercaya di Indonesia, tambah lagi suguhan makanannya insyaallah halal.
![]() |
| Pemandangan saat malam dari jendela penginapan |
Bangkok, kota yang tak pernah tidur, menyambut saya di tengah langit yang sudah gelap tapi suasana hiruk-pikuk jalanan masih terasa dan penuh warna. Dalam tiga hari, saya mencoba meresapi denyut nadi ibu kota Thailand ini—dari berbagai sisi yang dapat saya tangkap. Dalam kunjungan singkat ini, saya sempat mencicipi sisi kota yang jarang masuk itinerary turis biasa—mulai dari lari pagi di taman yang tenang, sampai berburu oleh-oleh di pusat perbelanjaan lokal.😀
Kalau mau ke sini jangan lupa unduh aplikasi Grab untuk transportasi praktis. Di sini ada bus, BTS Skytrain, dan tuktuk sebagai transportasi umum.
Saya menginap di kawasan Sukhumvit, yang merupakan salah satu distrik paling dinamis dan strategis di pusat kota Bangkok. Kawasan ini dikenal sebagai jantung gaya hidup urban—padat dengan gedung tinggi, pusat perbelanjaan mewah, restoran internasional, dan akses transportasi yang sangat mudah. Saat membuka tirai penutup jendela kamar hotel, mata langsung disambut oleh barisan gedung tinggi yang seolah berlomba menyentuh langit. Kawasan Sukhumvit, adalah lanskap vertikal yang tak pernah tidur. Dari hotel berbintang, apartemen mewah, hingga kantor-kantor berfasilitas canggih—semuanya berdiri rapat, menciptakan lorong-lorong bayangan yang tetap terasa hangat.
Gedung-gedung di sini memperlihatkan gaya hidup urban yang terus bergerak. Menurut informasi dari kawasan ini, akses transportasi publik cukup mudah. Ada akses langsung ke BTS Asok dan MRT Sukhumvit. Di sisi lain, hanya beberapa langkah dari hotel, berdiri Terminal 21—mal ikonik yang menggabungkan konsep bandara dengan zona belanja bertema negara. Namun karena hanya tiga hari, saya tidak tertarik menggunakan transportasi tersebut.
Di balik kemegahan itu, kita masih bisa menemukan toko-toko kecil dengan tawaran berbagai macam produk, ada warung mangga sticky rice di sudut jalan, warug kopi, tempat pijat yang berjejer banyak, juga ada kendaraan tuk-tuk yang sabar menunggu penumpang, dan senyum penjaga toko yang tak tergantikan oleh teknologi. Gedung-gedung tinggi mungkin mendominasi pandangan, tapi kehidupan sejati Bangkok tetap berdenyut di sela-sela trotoar dan lorong sempit. Mirip-mirip daerah di Jakarta Pusat sepertinya.











Comments
Post a Comment