Cerita terkait kegiatan puncak haji sudah selesai di tulisan Part 7 ya. Silahkan bagi teman2 yang belum membaca dapat langsung ke halamannya, jangan lupa baca mulai dari Part 1 agar tidak ketinggalan. Berikut ini cerita tentang hal lain yang masih berhubungan dengan perjalanan haji ya.
Masjidil Haram
Shalat di Masjidil Haram pahalanya 100.000 kali dibanding tempat lain. Kenikmatan shalat di sini memang luar biasa. Pertama kali masuk Masjidil Haram, melihat Ka’bah dari dekat, rasanya tak dapat digambarkan. Semua yang pernah ke sini pasti akan merindukan kembali lagi ke sini.
Pintu masuk ke Masjidil Haram ada banyak. Ada yang bisa ke pelataran Ka'bah, ada juga yang ke ruang shalat. Sekarang sedang ada perluasan Masjidil Haram dimana disain bagian dalam masjid membuat kita ingat Masjid Nabawi.
Saat masuk ke pelataran Ka'bah, kita harus mengingat-ingat masuk lewat pintu mana, dan jika akan keluar harus mencari pintu itu lagi. Kalau keluar masjid melewati sembarang pintu, dan bukan pintu yang kita lewati saat masuk, maka nanti kita akan sulit untuk mencari jalan kembali ke hotel, bisa membuat kita berputar jauh. Jika masuk ke arah pelataran Ka'bah, melalui pintu yang bernama King Abdul Aziz, King Fadh, King Abdullah, As Salaam, dan Umrah, setiap hari masuk di pintu yang sama tidak membuat kita bisa shalat di tempat yang sama dengan waktu sebelumnya. Arah kita akan ditentukan askar disuruh ke kiri ke kanannya atau disuruh naik. Sesuai kondisi saja. Tapi kalau mau shalat di ruang utama, lewat pintu yang bernomor (namanya kadang sulit diidentifikasi) ini lebih bisa ditebak nanti kita akan shalat di bagian mana.
Setiap datang dari hotel tandai kita masuk lewat pintu apa, kalau musim haji hafalkan kita harus naik bus shalawat nomor berapa dari terminal apa. Mungkin haji plus yang tidak perlu naik bus karena letak hotel mereka dekat dan bisa jalan kaki ke Masjidil Haram. Tandai juga WC (area toilet) arah ke terminal tersebut.
Misal saya tinggal di Misfalah, dari Haram naik bus di terminal Ajyad di belakang Zamzam Tower, lewatnya kiri Zamzam Tower kalau kita dari Haram. Arah ke terminal Ajyad ditandai dengan WC 3. Tulisan WC ini terpampang jelas. Ini landmark kami, kalau nyasar atau janjian ya di sini. Setidaknya kalau nunggu di sini jarang diusir askar.
Bagi jamaah yang tinggal di daerah Syisyah atau Raudhah aksesnya dari terminal Syib Amir. Penanda bagi mereka adalah WC 9 di dekat area keluar pintu Marwa di ujung lokasi sa'i. Kalau yang tinggal di Jarwal dari terminal Jabal Kabah patokannya WC 8 dekat area perluasan Masjidil Haram.
Jadi kalaupun terpisah dari rombongan, cari WC yang sesuai untuk bisa ke terminal. Di terminal naik bus sesuai nomor masing-masing.
Di terminal Syib Amir ada bus nomor 1 sampai 14, di Jabal Ka'bah ada bus nomor 15 sampai 21, di Ajyad ada bus dari 22 sampai 27. Biasanya di lobi hotel dibagikan kartu bus jadi kita tahu nanti pulang naik bus nomor berapa.
Semoga ke depan lebih mudah ya buat teman-teman yang baca tips ini.
 |
WC 3 (Area Toilet) penanda arah terminal bagi warga Misfalah |
 |
Area Sholat dalam Masjid |
 |
Pelataran Area Perluasan Masjidil Haram |
 |
King Abdul Aziz Gate |
City TourHaji itu hanya dilaksanakan selama lima hari, namun menunggunya tahunan bahkan puluhan tahun. Di sananya 40 hari. Sisanya ngapain? Apalagi kalau puncak haji sudah lewat, ngapain di sana. Itu pertanyaan yang selalu muncul. Selain memanfaatkan waktu banyak-banyak ibadah ke Masjid Nabawi atau Masjidil Haram (termasuk umrah sunah), kita diajak city tour. Kalau sudah di Mekkah dan ingin umrah sunah, biasanya diajak ambil miqat di Masjid Siti Aisyah, Tan’im (ini yang paling dekat) atau di Ji’ronah.
City Tour: Madinah
Saat baru datang di Madinah biasanya diajak tour seputar Masjid Nabawi, ke pemakaman Baqi, makam Rasulullah, Raudhah, Masjid Ali, Masjid Abu Bakar. Tapi saat kami keliling tidak diizinkan ke Baqi, sebagai kompensasinya kami dikasih masuk museum, saya lupa namanya, posisinya di seberang kubah hijau. Di sini kita bisa melihat media-media qur'an pernah ditulis. Di hari-hari lain akan diajak keliling Madinah, biasanya ke Perkebunan Kurma, Percetakan Qur'an, Jabal Magnet, Jabal Uhud, Masjid Quba, Masjid Qiblatain, dan lain-lain. Di sana kita bisa lihat-lihat, belanja, diceritakan keistimewaan, histori tempat-tempat tersebut oleh muthawwifnya. Beberapa tempat bisa mampir lainnya sight seeing saja.
Perkebunan kurma adalah city tour yang selalu ada di Madinah, endingnya belanja kurma, cokelat, asesoris, jajan makanan. Kalaupun masih ada pohon kurma biasanya hanya beberapa, karena kebun kurmanya sendiri ada di bagian belakang dan kita tidak dapat akses ke sana.
Di sini bebas icip-icip kurma dan cokelatnya, tapi kalau mau bawa pulang harus ninggalin riyal atau rupiah😀 Saya pribadi bukan penggemar kurma, tapi nyobain kurma di sini rasanya lebih enak. Kok kurma di sini lebih enak dari di Indonesia saya tanya ke penjaganya. Ahh itu perasaan ibu saja katanya. Setelah mencicipi kurma yang saya bawa dari Madinah, kurmanya masih enak dan lembut, saya punya kesimpulan kenapa kurma di sana terasa lebih enak, karena kurma tersebut tidak lewat freezer. Kurma yang beli di sana tidak kena kulkas, di hotel juga saya taruh di koper saja, di rumah saya taruh di meja. Jadi walau dibeli sudah lebih sebulan masih lembut. Kalau beli di Jakarta, dalam proses pengiriman pasti sudah melewati freezer, walau sudah dikeluarkan lama tetap saja ada episode lebih keras. Itu menurut saya, entah jika yang lain punya pendapat dan pengalaman berbeda.
City Tour: Makkah
City tour seputar Mekkah biasanya ke Thaif. Sekarang ada kereta gantung, The Telefric namanya di sini. Bagi yang pernah naik kereta gantung, sama aja sih dengan yang di Jakarta ataupun di Genting, Malaysia. Kalau di Taman Mini dan Ancol pemandangan dari kereta gantung adalah taman bermain, di Genting pemandangannya hutan rimba, maka di Thaif pemandangannya adalah gunung batu.
Di Thaif juga diajak ke penyulingan minyak wangi. Liat video penyulingannya, Bahasa Arab tanpa subtitle. Thaif itu sumber dayanya banyak, berbeda dengan Mekkah. Di sini bisa tumbuh berbagai tanaman, bunga dan buah. Udaranya tidak sepanas Mekkah. Selain itu kita juga diajak ke Jeddah, kota yang sangat berbeda dengan Madinah dan Mekkah, karena Jeddah bukan tanah haram. Destinasi terkenal di sini biasanya masjid terapung di pinggir Laut Merah. Kemarin kami tidak ke sana karena sekarang lokasi tersebut ditutup sebab pernah disalahgunakan orang.
Biasanya ada city tour seputar Mekkah juga, kita diajak ke Arafah, Mina, Gua Tsur, Gua Hira, Museum Wahyu. Saat Armuzna kita ga sempat lihat-lihat kawasan Arafah dan Mina itu seperti apa. Sekarang diajak ke Arafah, tinggal tenda-tenda kosong yang siap dibongkar, naik ke Jabal Rahmah tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa. Melihat Gua Tsur dari kejauhan karena untuk naik katanya butuh waktu 2 jam. Di kaki Jabal Nur ada Museum Wahyu, berisi cerita kedatangan wahyu dari zaman Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, penekanannya ke nabi Ulul Azmi (Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad). Ada juga mushaf dari zaman Utsman, dengan huruf Arab yang masih polos tanpa titik dan harakat. Di sini juga ada Gua Hira yang mendakinya 1 menit saja. Bagi yang muda dan sehat bisa mendaki Jabal Nur untuk sampai ke Gua Hira beneran, sekitar 1 jam perjalanan, anginnya cukup kencang, kata orang-orang.
Jadi di luar rangkaian ibadah haji kita bisa melihat dan mengenal daerah seputaran Mekkah dan Madinah. Ada muthawwif yang mendampingi jadi kita tau kenapa diajak ke sini dan untuk apa.
 |
Masjid Quba di Madinah |
 |
Jabal Uhud di Madinah |
 |
Mesjid Bir Ali, Tempat Miqat dari Arah Madinah
|
Catatan: Miqat adalah batas waktu dan tempat yang ditentukan oleh syariat Islam sebagai titik awal dimulainya ibadah haji dan umrah, dimana seorang jamaah harus memulai mengenakan pakaian ihram
 |
Perkebunan Kurma di Madinah |
 |
Kereta gantung di Thaif Mekkah |
 |
Water Boom di Thaif Mekkah |
 |
Alat Penyulingan Minyak Wangi |
 |
Museum Wahyu di Kaki Jabal Nur di Mekkah |
 |
Mushaf Sulam di Mekkah |
The 2nd day in Bangkok
Comments
Post a Comment